https://shope.ee/6Kb2s7Y65L

Sikap Dalam Menanggapi Keberagaman Budaya

Sikap Dalam Menanggapi Keberagaman Budaya – Hai sahabat, artikel kali ini kita akan membahas tentang sikap dalam menanggapi keberagaman Budaya. Yuk, langsung dibaca:

Sikap Dalam Menanggapi Keberagaman Budaya
Sikap Dalam Menanggapi Keberagaman Budaya


Dengan berbagai persoalan keberagaman budaya tersebut memunculkan sebuah pemahaman baru tentang budaya daerah yang mempunyai ciri khas dan karakteristik sendiri yang berbeda dengan yang lain sehingga perlu dipertahankan. Yang terjadi kemudian adalah munculnya pandangan etnosentrisme yaitu suatu pandangan yang menyebutkan bahwa kelompoknya aalah pusat segalanya dan semua kelompok yang lain dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar kelompok tadi. Dengan mengatakan bahwa suku bangsa sendirilah yang paling baik merupakan pandangan etnosentrisme. Etnosentrisme merupakan pengembangan sifat yang mampu meningkatkan nasionalisme dan patirotisme suatu bangsa tertentu. Tanpa etnosentrisme maka kesadaran nasional untuk mempertahankan suatu bangsa dan meningkatkan integrasi sosial akan sangat sulit dicapai. Selain itu dengan etnosentrisme juga mampu menghalangi perubahan yang datang dari luar, baik yang akan menghancurkan kebudayaan sendiri ataupun yang mampu mendukung tujuan masyarakat suku bangsa tersebut. Masih sulit memang mengatakan bahwa etnosentrisme ini baik atau buruk,. Bagaimanakah pendapat kalian? Apakah pengembangan sikap etnosentrisme ini adalah sikap yang perlu diambil oleh penduduk suku bangsa?

Sikap Dalam Menanggapi Keberagaman Budaya
Sikap Dalam Menanggapi Keberagaman Budaya


Tetapi hal terpenting bahwa dalamm keberagaman budaya yang ada di Indonesia ini adalah kita boleh memahami perilaku kelompok lain hanya dengan membandingkan kebiasaan dan perilaku budaya sendiri. Relativisme budaya haruslah dikembangkan dalam memandang keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Relativisme budaya mampu menggambarkan kenyataan bahwa fungsi dan arti suatu unsure kebudayaan tergantung pada lingkungan kebudayaan itu berkembang. mIsalnya, suku Eskimo yang selalu menggunakan baju tebal karena hidup di kutub yang sangat dingin. Konsep relativisme  kebudayaan tidak berarti  bahwa ada istiadat mempunyai nilai yang sama juga tidak mengetahi bahwa kebiasaan tertentu pasti merugikan. Di beberapa tempat beberapa pola perilaku mungkin merugikan tetapi di tempat lain pola semacam itu mungkin mempunyai tujuan dalam kebudayaanya dan masyarakat itu akan menderita tanpa pola semacam itu kecuali ada penggantinya. Dalam konteks lokal ke-indonesiaan, dimana pola perikehidupan beragama sangat beragam dan plural maka relativisme budaya merupakan salah satu cara terbaik untuk menuju sikap arif dan bijak dalam melihat perbedaan-perbedaan kebudayaan.


Demikianlah Sikap Dalam Menanggapi Keberagaman Budaya. Semoga bermanfaat.

Alternatif Penyelesaian Akibat Keberagaman Budaya Melalui Interaksi Lintas Budaya

Alternatif Penyelesaian Akibat Keberagaman Budaya Melalui Interaksi Lintas Budaya – Hai sahabat, pada artikel kali ini kita akan membahas tentang Alternatif Penyelesaian Akibat keberagaman Budaya melalui interaksi Lintas Budaya. Yuk, langsung dibaca :

Alternatif Penyelesaian Akibat Keberagaman Budaya Melalui Interaksi Lintas Budaya
Alternatif Penyelesaian Akibat Keberagaman Budaya Melalui Interaksi Lintas Budaya


Setiap suku bangsa memiliki budaya yang unik dank has. Bangsa Indonesia terdiri dari ratusan (364-656) suku bangsa. Perihal suku bangsa, Fredrich Barth menjelaskan; “Kategori kesukuan (etnisitas) sebagai klasifikasi orang-orang dalam konteks “Identitas umum yang paling mendasar (basic most general identity).’ Yang ditentukan oleh asald an latar belakang orang-orang itu. Atriubut penting yang ada pada dasarnya mengidentifikasi etnisitas ini ialah faktor-faktor primordial seperti bahasa daerah, adat istiadat, nilai-nilai simbolik, agama dan territorial (Herimanto, 2001: 21).

Setiap suku bangsa memiliki identitas umum yang paling dasar yang membentuk kesamaan antara orang-orang dalam satu suku bangsa. Identitas umum itu juga membentuk perbedaan dengan orang-orang di luar suku bangsanya. Identitas umum yang paling dasar itu membentuk bangsa yang khas dan unik. Bila setiap suku Bangsa Di Indonesia memiliki budaya sendiri, kalian dapat bayangkan di Indonesia terdapat banyak sekali budaya, berkisar antara 364 sampai dengan 656 budaya suku bangsa. Kalian akan sampai pada kesimpulan di Indonesia sudah pasti terdapat keberagaman Budaya.
Setiap kelompok sosial, apapun perwujudannya, telah mengembangkan pola-pola interaksi yang membaku, sehingga dapat menjaminketertiban interaksi sesama warga. Persoaln timbul ketika individu-individu itu bertemu dengan individu dari kelompok lain yang tidak jelas kedudukan sosial atau identitas dirinya. Pada banyak komunitas adat yang ketak membedakan antarwarga dengan bukan warga, Kehadiran orang asing itu terpaksa dilalui dengan upacara adopsi untuk mempermudah perlakuan, kecuali kalau yang bersangkutan akan tetap diperlakukan seabgai orang luar atau hendak diperlakukan sebagai musuh. Hal ini tercermin antara lain dalam upacara penyambutan pejabat dari pusat di daerah Tapanuli di masa lampau. Para tamu itu biasanya dismabut dengan upacara yang memperjelas kedudukannya dalam struktur sosial masyarakat Batak yang terikat dalam hubungan perkawinan tiga marga (dalihan na tolu). Pada komunitas perang Dani di pegunungan Jayawijaya, di luar kelompok kerabat patrilineal, hubungan periparan antarmereka berasal dari kelompok sosial yang berlainan sangat kuat karena itu, untuk mempermudah perlakuan terhadap orang asing, upacara kelahiran kembali biasanya dilakukan terhadap tamu yang dihormati, untuk menentukan pola-pola perlakuan yang layak dan efektif. Bahkan di masa lampau, untuk membenarkan kewenangan Gubernerr Jenderal Van Imhoff, sebagai wakil ratu Belanda, yang mengundang raja Jawa sebagai penguasa tertinggi di Mataram, terpaksa diperlakukan sebagai Kanjeng Eyang Paduka tuan Gubernur Jenderal yang menunjukkan senioritas dalam kekerabatan.

Sesungguhnya walaupun sebagai makhluk sosial manusia itu cenderung untuk hidup berkelompok, akan tetapi ia tidak mungkin menghindarkan diri dari pergaulan lintas kelompok dalam mempertahankan hidup dan mengembangkan kehdupan yang layak bagi kemanusiaan. Manusia itu merupakan makhluk yang paling tinggi mobilitasnya dan sejak awal kehadirannya di muka bumi. Terdorong oleh kebutuhan hidup yang tidak mungkin dipenuhi dalam lingkungan sendiri, ataupun karena dorongan keingintahuan mencari pengalaman baru, mereka seringkali melakukan perjalanan dan terlibat dalam interaksi sosial lintas budaya itu sendiri.

Sebagaimana halnya dengan kebutuhan akan identitas individu dalam penataan kehidupan bermasyarakat, setiap kelompok sosial juga memerlukan identitas kolektif (Group Identity) sebagai sarana penataan sosial (organizing reference) untuk mempermudah pergaulan lintas kelompok sosial. Berbagai identitas kelompok dikembangkan untuk memperkuat kesadaran kolektif (peoplehood), antara lain kelompok suku bangsa (ethnic group) yang dilandasi oleh keyakinan aka nasal-usul nenek moyang bersama, baik yang nyata maupun fiktif, serta kesamaan pengalaman sosial dan kebudayaan yang mengikat kesetiakawanan sosial. Kesadaran menjadi anggota kelompok itu menjamin rasa aman atau setidak-tidaknya kenyamanan bagi yang bersangkutan.

Alternatif Penyelesaian Akibat Keberagaman Budaya Melalui Interaksi Lintas Budaya
Alternatif Penyelesaian Akibat Keberagaman Budaya Melalui Interaksi Lintas Budaya


Untuk memelihara kesetiakawanan sosial kelompok suku bangsa, biasanya mereka mengembangkan simbol-simbol yang selain diyakini kebenarannya, jugamudah dikenal, seperti bahasa, adat-istiadat dan agama. Walaupun tidak setiap kelompok suku bangsa mempunyai bahasa yang berbeda dengan kelompok lain, akan tetapi sesungguhnya ia lebih mengutamakan simbol-simbol yang mebedakan dengan bahsa lainnya daripada kenyataan yang sesungguhnya dipergunakan oleh segenap anggotanya. Contoh nyata adalah orang Batak yang telah memeluk agama islam, walaupun mereka masih menggunakan bahsa Batak dalam pergaulan sehari-hari, mereka cenderung untuk mengaku sebagai orang melayu dengan membuang nama marganya. Sebaliknya orang-orang Dayak yang memeluk agama islam cenderung membuang identitas kesukubangsaanya. Suku bangsa dayak menggunakan bahsa Melayu dalam pergaulan sehari-hari.

Agama seringkali digunakan sebagai identitas kelompok suku bangsa yang esensial, seperti orang Melayu dan orang Betawi. Akan tetapi orang Jawa biasa beragama islam, Budha maupun Nasrani. Demikian pula adat istiadat,  gaya hidup, makanan, pakaian dan bentuk perumahan, seringkali digunakan sebagai simbol kesukubangsaan yang membedakan dengan kelompok suku bangsa yang lain. Akan tetapi sesungguhnya di samping perbedaan yang memang makin nyata, seringkali lebih banyak persaamaana, terutama diantara suku-suku bangsa yang berdekatan wilayah dan terlibat dalam interaksi sosial yang intensif. Sebaliknya dalam satu suku bangsa yang besar, bisa berkembang berbagai adat istiadat yang berbeda, seperti antara orang Solo dengan Yogyakarta.

Betapapun masing-masing suku bangsa merasa bahwa mereka memiliki simbol-simbol tertentu yang diyakini perbedaanya dengan simbol-simbol suku bangsa lainnya, dan berfungsi sebagai media sosial yang memperkuat kesetiakawanan sosial mereka. Walaupun demikian, sesungguhnya kesetiakawanan sosial antarsesama warga dalam suatu suku bangsa itu tidak sekuat kesetiakawanan yang terbentuk dalam kelompok-kelompok sosial yang lebih kecil dan mempunyai profesi yang sama sebagai koorperasi (corporate group) jauh di luar linkungan pemukiman asalnya.

Tidak jarang terjadi interaksi sosial lintas budaya yang tidak imbang sehingga menimbulkan kesan adanya dominasi suatu suku bangsa dan kebudayaan tertentu atas suku bangsa ataupun golongan sosial dan kebudayaan-kebudayaan lainnya. Sejarah membuktikan betapa ambisi para penguasa untukmemperluas pengaruh ke luar lingkungan kesukubangsaan maupun kebudayaannya telah memperkaya bentuk dan ragam pola-pola interaksi lintas budaya di masa lampau yang meninggalkan bekas-bekas yang positif maupun negative.

Keputusan untuk memperlakukan bahasa indonesia sebagai bahasa resmi bukan hanya untuk mengukuhkan media sosial yang diperlukan untuk memperlancar interaksi lintas budaya dalam masyarakat majemuk, melainkan juga mematahkan salah satu lambang arogansi sosial. Jasa lain yang tidak boleh diabaikan adalah pembentukan organisasi rukun tetangga sebagai komunitas lokal yang mempersatukan segenap warganya tanpa memandang asal-usul kesukubangsaan, golongan maupun latar belakang kebudayaanya. Konsep ketegangan inilah yang selanjutnya akan memainkan peranan penting dalam menciptakan arena sosial yang dapat menjamin kebutuhan akan rasa aman warganya, bebas dari kecurigaan dan prasangka kesukubangsaan, golongan maupun perbedaan kebudayaan. Sesungguhnya, di samping kesamaan ideologi, bahasa dan ketetanggan sebagai suatu kesatuan sosial yang nyata merupakan media sosial yang dapat diandalkan dalam membangun interaksi lintas budaya pada masyarakat perkotaan yang heterogen penduduknya.

Persoalan dalam keberagaman budaya adalah munculnya berbagai konflik antarsuku bangsa, agama, status sosial ekonomi, dan lain-lain. Ini merupakan suatu persoalan yang memerlukan sebuah pemikiranbagaiman mengakomodasi antarbudaya tersebut dapat berlangsung dengan adil. Berbagai upaya dalammemperatukan kebudayaan yang ada di lokal memang sulit.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa pluralitas bangsa Indonesia merupakan suatu fakta yang harus dihadapi bersama dengan pengembangan sikap toleranasi dan empati agar eksistensi budaya lokal tetap lestari dan terjaga.


Demikianlah Alternatif Penyelesaian Akibat Keberagaman Budaya Melalui Interaksi Lintas Budaya. Semoga bermanfaat.

Artikel Tentang Akibat Keberagaman Budaya di Indonesia

Artikel Tentang Akibat Keberagaman Budaya di Indonesia – Hai sahabat, pada artikel kali ini kita akan membahas tentang Akibat keberagaman Budaya di Indonesia. Yuk, langsung dibaca :

Artikel Tentang Akibat Keberagaman Budaya di Indonesia
Artikel Tentang Akibat Keberagaman Budaya di Indonesia


Gejala sosial yang tidak terlihat secara nyata di dalam kehidupan sehari-hari tetapi yang mendasar dan mendalam di dalam kehidupan masyarakat indonesia dapat dilihat melalui suku bangsa. Melalui suku bangsa inilah sebuah prinsip yang dikembangkan anggotanya mempunyai kekuatan sosial yang tidak bisa ditawar ataupun dibendung. Hal ini pula yang sering menimbulkan potensi konflik di daerah. Suku bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan sosial alinnya karena mempunyai ciri-ciri paling mendasar dan umum berkaitan dengan asal-usul dan tempat asal serta kebudayaanya. Adapun ciri-ciri suku bangsa adalah :

1. Secara tertutup berkembang biak dalam kelompoknya
2. Memiliki nilai-nilai dasar yang terwujud dan tercermin dalam kebudayaan
3. Mewujudkan arena komunikasi dan interaksi
4. Mempunyai anggota yang mengenali dirinya serta dikenal oleh orang lain sebagai bagian dari satu kategori yang dibedakan dengan yang lain.

Ketika seseorang yang menjadi bagian dari suku bangsa tertentu mengadakan interaksi maka akan nampak adanya simbol-simbol atau karakter khusus yang digunakan untuk mengekspresikan perilakunya sesuai dengan karakteristik suku bangsanya. Misalnya ciri-ciri fisik tau rasial, gerakan-gerakan tubuh atau muka, ungkapan-ungkapan kebudayaan, nilai-nilai budaya serta keyakinan keagamaan. Seseorang yang dilahirkan dalam keluarga suku bangsa tertentu maka sejak dilahirkannya mau tidak mau harus hidup dengan berpedoman pada kebudayaan suku bangsanya sebagaimana yang digunakan oleh orang tua dan keluarganya yang merawat dan mendidiknya sehingga menjadi manusia sesuai dengan konsepsi kebudayaannya tersebut.

Sadar atau tidak sadar masyarakat suku bangsa ini mengembangkan ikatan-ikatan yang bersifat primordial, yaitu pemikiran yang mengutamakan atau menonjolkan kepentingan suatu kelompok atau komunitas tertentu dalam hal ini tentu saja kelompoknya sendiri. Karena itu kebudayaan suku bangsa, bagi anggota-anggota suku bangsa yang bersangkutan,adalah sebuha pedoman bagi kehidupan yang primordial atau yang pertama dipelajari dan diyakini kebenarannya serta yang utama di dalam kehidupan mereka, atau sudah mendarah daging dalam kehidupan mereka.

Artikel Tentang Akibat Keberagaman Budaya di Indonesia
Artikel Tentang Akibat Keberagaman Budaya di Indonesia


Kemudian yang terjadi kemudian adalah munculnya pandangan etnosentrisme yaitu suatu pandangan yang menyebutkan bahwa kelompoknya adalah pusat segalanya dan semua kelompok yang lain dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar kelompok tadi. Dengan mengatakan bahwa suku bangsa sendirilah yang paling baik merupakan pandangan etnosentrisme. Menurut kalian apakah etnosentrisme ini baik atau buruk? Etnosentrisme mrupakan pengembangan sifat yang mampu meningkatkan nasionalisme dan patriotism suatu bangsa tertentu. Tnapa etnosentrisme maka kesadaran nasional untuk mempertahankan suatu bangsa dan meningkatkan integrasi bangsa akan sangat sulit dicapai. Selain itu dengan etnosentrisme juga mampu menghalangi perubahan yang datang dari luar baik yang akan menghancurkan kebudayaan sendiri maupun yang mampu mendukung tujuan masyarakat suku bangsa tersebut. Masih sulit memang mengatakan bahwa etnosentrisme ini baik atau buruk.

Demikianlah Artikel Tentang Akibat Keberagaman Budaya di Indonesia. Semoga bermanfaat.

Baca juga artikel seblumnya : Artikel Tentang Relativitas Budaya

Artikel Tentang Relativitas Budaya

Artikel Tentang Relativitas Budaya – Hai sahabat, artikel kali ini kita akan membahas tentang Relativitas Budaya. Yuk langsung dibaca :

Artikel Tentang Relativitas Budaya
Artikel Tentang Relativitas Budaya 


Menurut Clifford Geertz, meskipun masyarakat Indonesia telah terbentuk sejak tahun 1945 tetapi penduduk multi etnis, multi agama, multi bahasa dan multi rasial cenderung menelusuri identitasnya pada hal-hal yang asli seperti darimana mereka berasal dan dibesarkan. Dalam rangka hidup berkelompok, penduduk akan mencari, membentuk atau memasuki organisasi yang anggota-anggotanya berasal dari agama, bahasa, etnisk dan ras yang dianggp sama. Hal yang demikian itu oleh Geertz dilihat sebagai pengelompokkan yang keanggotaanya didasari ikatan primordial. Dalam konteks lokal keindonesiaan, dimana pola perikehidupan beragama sangat beragam dan plural, relativisme budaya merupakan salah satu cara terbaik untuk menuju sikap arif dan bijak dalam melihat perbedaan-perbedaan kebudayaan.

Tetapi hal terpenting bahwa dalam keberagaman budaya yang ada di Indonesia ini adalah kita tidak boleh memahami perilaku klompok lain hanya dengan membandingkan kebiasaan danperilaku budaya sendiri. Relativisme budaya haruslah dikembangkan dalam memandang keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Relativisme budaya mampu menggambarkan kenyataan bahwa fungsi dan arti suatu unsure kebudayaan tergantung pada lingkungan kebudayaan itu berkembang. Misalnya suku Eskimo yang selalu menggunakan baju tebal karena hidup di kutub yang sangat dingin. Konsep Relativisme kebudayaan tidak berarti bahwa semua adat istiadat mempunyai nilai yang sama juga tidak mengetahui bahwa kebiasaan tertentu pasti merugikan. Di beberapa tempat beberapa pola perilaku mungkin merugikan tetapi di tempat tertentu pola semacam itu mungkin mempunyai tujuan dalam kebudayaannya dan masyarakat itu akan menderita tanpa pola semacam itu kecuali ada penggantinya.

Pengertian relativisme budaya adalah tidak ada kriteria untuk menentukan tinggi dan rendahnya, maju dan mundurnya suatu budaya. Berdasarkan konspe relativisme budaya, semua budaya sama baik dan luhurnya, sama hebat dan sama agungnya. Pada dasarnya penilaian budaya harus dilakukan berdasarkan cara pandang budaya itu sendiri. Budaya sebaiknya jangan dinilai dengan menggunakan tolak ukur budaya lain, karena tidak aka nada kesesuaian antara yang dinilai dengan alat penilainya. Sebagai contoh, tolak ukur kedewsaan bagi suku bangsa Nias adalah keberhasilan seorang laki-laki melakukan lompat batu. Hal itu hanya dapat dinilai dari sudut pandang budaya suku bangsa Nias, tidak oleh budaya suku bangsa lain.

Artikel Tentang Relativitas Budaya
Artikel Tentang Relativitas Budaya 


Setiap kebudayaan memiliki peradaban. Peradaban memiliki beberapa makna, yaitu hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa dan kebudayaan suatu suku bangsa serta kemajuan lahir batin (kamus besar Bahsa Indonesia, 2001 : 6). Peradaban sama dengan kebudayaan, apabila peradaban dimaknai sebagai budaya. Dalam hal ini berlaku prinsip relativisme budaya. Peradaban adalah bagian dari kebudayaan, apabila peradaban dimakani sebagai sopan santun dan budi bahasa. Dalam hal ini juga berlaku prinsip relativisme budaya. Bangsa-bangsa di dunia memiliki peradaban yang berbeda-beda, ada yang tinggi dan ada yang rendah, ada yang maju dan ada yang belum maju, tergantung pada perkembangan teknologi budayanya.

Fokus Sentral dalam relativisme budaya adalah bahwa dalam suatu lingkungan budaya tertentu, beberapa unsure kebudayaan adalah benar akrena unsure-unsur itu sesuai dengan lingkungan tersebut, sedangkan unsure-unsur lain salah karena unsure tersebut mungkin sangat bertententangan dengan bagian-bagian kebduayaan lain. Dengan kata lain, suatu kebudayaan adalah perpaduan dan berbagai unsure dari kebudayaan haruslah benar-benar serasi apabila unsure-unsur itu diharapkan berfungsi secara efisien untuk ememnuhi kebutuhan manusia.

Demikianlah Artikel Tentang Relativitas Budaya. Semoga bermanfaat.

Artikel Tentang Mewujudkan Masyarakat Multikultural

Artikel Tentang Mewujudkan Masyarakat Multikultural – Hai sahabat, artikel kali ini kita akan membahas tentang Mewujudkan Masyarakat Multikultural. Yuk, langsung dibaca:

Artikel Tentang Mewujudkan Masyarakat Multikultural
Artikel Tentang Mewujudkan Masyarakat Multikultural


Orang-orang yang mempelajari Antropologi sangat akrab dengan istilah masyarakat plural (plural Society) dan masyarakat multicultural (Multikultural Society). Apakah kaian dapat membedakan kedua istilah ini? Keduanya berhubungan tetapi memiliki makna yang berbeda. Menurut Furnival yang dikutip oleh Akhyar Yusuf Lubis (2006:167) “Masyarakat Plural mengacu pada suatu tatanan masyarakat yang didalamnya terdapat berbagai unsure masyarakat yang memiliki ciri-ciri budaya yang berbeda satu sama lain.” Masyarakat  Plural adalah masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya, agama dan bahasa.

Menurut Akhyar Yusuf Lubis (2006: 167) hubungan antarbudaya dalam masyarakat Plural ditandai oleh corak huungan dominative dan diskriminatif. Hubungan dominative itu berlangsung secara samar melalui proses sejarah yang panjang. Dalam masyarakat Plural ditemukan adanya budaya dominan dan budaya interior. Hal ini diantaranya disebabkan oleh.

1. Faktor demografis

Kesenjangan jumlah penduduk yang sangat timpang antara pulau jawa dan luar jawa. Luas jawa hanya seperempat dari luas pulau luar jawa, tetapi 70% penduduk indonesia terkonsentrasi di pulau jawa. Karena itu seccara demografis penduduk pulau jawa lebih dominan jika dibandingkan dengan pendudk di luar pulau jawa.

2. Faktor politis

Ketidakseimbangan komposisi suku bangsa yang menjabat di pemerintahan melahirkan dominasi etnik tertentu dalm struktur pemerintahan Indonesia. Keadaan ini tanpa disadari melahirkan berbagai kebijakan dari pemerintah pusat yang cenderung tidak adil, sebab seringkali menguntungkan kelompok/golongan tertentu dan menimbulkan ketidakpuasan pada kelompok/golongan lainnya. Kegagalan mengakomodasi kepentingan politik suku bangsa dan tersumbatnya komunikasi politik akan menimbulkan perlawanan yang luar biasa kuatnya dari suku bangsa yang bersangkutan.

3. Budaya lokal

Pemerintahan RI yang berpusat di Pulau jawa merangsang tumbuhnya kebudayaan lokal menjadi kebudayaan yang dominan. Budaya lokal ini didukung oleh para birokrat pemerintahan yang memiliki pengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan bernegara indonesia. Ide dan gagasan mereka mendominasi kehidupan perekonomian, pendidikan,politik, sosial budaya serta pertahana dan keamanan. Hal ini melahirkan ketimpangan antara pulau jawa dengan luar pulau jawa dan sangat mengancam integrasi nasional.

Masyarakat Plural adalah dasar pembentukan masyarakat Multikultural. Pendapat Fay yang diikuti oleh Akhyar Yusuf Lubis (1006: 169) menyatakan “Multikulturalisme adalah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan, baik secara individual maupun secara kebudayaan.” Atas dasar pengertian ini, Akhyar Yusuf Lubis (2006: 169) menjelaskan masyarakat multicultural sebagia masyarakat dimana di dalamnya terjadi interaksi aktif diantara masyarakat dan budaya yang plural dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai unsure yang ada dlama masyarakat dipandang dan ditempatkan dalam kedudukan yang sejajar dan setara, sehingga dengan demikian terciptanya keadilan diantara berbagai unsure/budaya yang berbeda itu. Dalam masyarakat multicultural perbuedaan budaya, perbedaan etnis, lokalitas, bahasa, ras, bangsa dan lain-lain dilihat sebagai mozaik yang memperindah masyarakat.

Artikel Tentang Mewujudkan Masyarakat Multikultural
Artikel Tentang Mewujudkan Masyarakat Multikultural


Sekarang dapatkah kalian membedakan masyarakat plural dengan masyarakat multicultural? Masyarakat plural merupakan akar masyarakat Multikultural. Prinsip kesederajatan, mengakui dan menghargai perbedaan dikedepankan masyarakat multicultural untuk menghilangkan dominasi suatu budaya yang melahirkan diskriminasi atas budaya lain dalam masyarakat plural. Pierre L. Van De Berghe mengemukakan karakteristik masyarakt multicultural, meliputi :

1. Masyarakat terdiri dari segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok dengan latar belakang budaya dan sub budaya yang berbeda.
2. Masyarakat memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer
3. Kurang memiliki kemauan untuk menemukan consensus antar anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang fundamental.
4. Kurangnya kesadaran mengembangkan consensus reltif, sering mengakibatkan konflik antar kelompok budaya/subbudaya yang ada
5. konflik dan integrasi sosial dapat berlangsung justru dengan jalan menggunakan kekuasaan (paksaan) serta rasa saling ketergantungan ekonomi antar satu subkultur/kultur dengan yang lainnya.
6. Adanya dominasi politik satu kelompok atas dasar kelompok yang lain (akhyar Yusuf Lubis, 2006: 175)

Artikel Tentang Mewujudkan Masyarakat Multikultural
Artikel Tentang Mewujudkan Masyarakat Multikultural


Acuan utama yang mewujudkan masyarakat multicultural Indonesia adalah mutikulturalisme. Para pendiri bangsa Indonesia telah menggunakan kulturalisme dalam mendesain kebudayaan nasional.Desain itu dapat dilihat dalam pasal 32 UUD 1945. Ideologi multikulturaslime pada buda Indonesia ditemukan dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika.  Pasal 32 UUD 1945 dan semboyan bhineka tunggal ika adalah ideologi multikulturalisme masyarakat indonesia yang melandasi corak struktur budaya masyarakat indonesia di tingkat nasional dan tingkat lokal.

Konsep multicultural tidak dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman secara suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa yang menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multicultural menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Akar kata dari multicultural adalah kebudayaan.

Kita harus bersedia menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan suku bangsa, agama, budaya, gender, bahasa, kebiasaaan ataupun kedaerahan. Multikultural memberi penegasan, segala perbedaan itu adalah sama di dalam ruang public. Dengan kata lain, adanya komunitas yang berbeda saja tidak cukup, sebab yang terpenting komunitas itu diperlakukan sama oleh Negara. Adanya kesetaraan dalam derajat kemanusiaan yang saling menghormati, diatur oleh hukum yang adil dan beradab yang mendorong kemajuan dan menjamin kesejahtaeraan hidup warganya.

Demikianlah Artikel Tentang Mewujudkan Masyarakat Multikultural. Semoga bermanfaat.

Artikel Tentang Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk

Artikel Tentang Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk – Hai sahabat, pada artikel kali ini kita akan membahas tentang Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk. Yuk, langsung dibaca :

Artikel Tentang Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk
Artikel Tentang Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk


Indonesia sebagai sebuah masyarakat Majemuk adalah sebuah masyarakat Negara yang terdiri atas masyarakat-masyarakat suku bangsa yang dipersatukan dan diatur oleh sistem nasional dari masyarakat Negara tersebut. Dalam masyarakat Indonesia yang mejemuk ini penekanan keanekaragaman adalah pada suku bangsa dan kebudayaan suku bangsa. Dalam masyarakat indonesia, setiap masyarakat suku bangsa secara turun temurun mempunyai dan menempati wilayah tempat hidupnya yang diakui sebagai hak ulayatnya yang merupakan temapt sumber-sumber daya dimana warga masyarakat suku bangsa tersebut memanfaatkan untuk kelangsungan hidup mereka. Masyarakat majemuk seperti Indonesia, buukan hanya beranekaragaman corak kesukubangsaan dan kebudayaan suku bangsanya secara horizontal, tetapi juga secara vertikal atau jenjang menurut kemajuan ekonomi, teknologi dan organisasi sosial-politiknya.

Menurut Funivall yang dikuti oleh Zulyani Hidayah (1999) masyarakat majemuk (pluras society) merupakan suatu masyarakat tang terdiri dari dua atau lebih elemen dan tatan sosial yang hidup berdampingan tetapi tidak terintegrasi dalam satu kesatuan politik. Adapun menurut Van De Berghe yang dikutip oleh Zulyani Hidayah (1999) ciri-ciri sebuah masyarakat yang dikatakan sebagia mayarakat majemu adlah :

1. Terjadinya segmenetasi ke dalam kelompok-kelompok yangseringkali memiliki kebudayaan, atau lebih tepat sub kebudayaan, yang berbeda satu sama lain.

2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer

3. Kurang mengembangkan consensus diantara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar,

4. Secara relative seringkali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang lain.
5. Secara relative integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi dan

6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain.

Menurut Clifford Geertz yang dikutip oleh Zulyani Hidayah (1999:X-XI), anek ragam kebudayaan yang berkembang di Indonesia dapat dibagi menjadi dua tipe berdasarkan ekosistemnnya, yaitu :

Artikel Tentang Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk

1. Kebudayaan yang berkembang di “Indonesia dalam” (jawa, Bali)

Kebudayaan yang bekembang di Indonesia dalam ditandai oleh tingginya intensitas pengolahan tanah secara teratur dan telah menggunakan sistem pengairan dan menghasilkan pangan padi yang ditanam di sawah. Dengan demikian, kebudayaan di Jawa yang menggunakan tenaga kerja manusia dalam jumlah besardisertai peralatan yang relative lebih komplek itu merupakan perwujudan upaya manusia yang secara lebih berani merubah ekosistemnnya untuk kepentingan masyarakat yang bersangkutan.
2. Kebudayaan yang berkembang di “Indonesia luar” (Di luar pulau jawa dan bali)

Kebudayaan di luar jawa, kecuali di sekitar Danau Toba, dataran tinggi sumatera Barat dan Sulawesi Barat Daya, berkembang atas dasar pertanian perladangan yang ditandai dengan jarangnya penduduk yang pada umumnya baru beranjak dari kebiasaan hidup berburu ke arah hidup bertani. Oleh karena itu, mereka cenderung untuk menyesuaikan diri mereka dengan ekosistem yang ada, demi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan, kebudayaan pantai yang diwarnai kebudayaan alam, dan kebudayaan masyarakat peladang serta pemburu yang masih sering berpindah tempat. Adapun yang dimaksud dengan kebudayaan masyarakat petani berpengairan adalah seperti yang berkembang di Pulau Jawa dan Bali.

3. Aneka Ragam kebudayaan yang tidak termasuk ke dalam dua kategori terdahulu

H.Geertz yang dikutip oleh Zulyani Hidayah (1999:XI) melengkapi dua kategori di atas dengan kategori ketiga,  yaitu aneka ragam kebudayaan yang tidak termasuk ke dalam dua kategori terdahulu. Kategori ketiga ini meliputi kebudayaan orang Toraja di Sulawesi Selatan, orang Dayak di pedalaman Kalimantan, orang Halmehara, Suku-duku di pedalam Seram, di Kepulauan Nusa Tenggara, Orang Gayo di Aceh, orang Rejang di Bengkulu dan Lampung di Sumatera selatan. Pada umumnya kebudayaan mereka itu berkembang di atas sistem pencaharian perladangan ataupun penanam padi di ladang, sagu, jagung, maupun akar-akaran.

Pada zaman Hindia-Belanda masyarakat Indonesia digolongkan menjadi tiga golongan yaitu golongan penjajah Belanda yang menepati tingkat pertama, kedua adalah golongan Minoritas Cina, dan ketiga adalah golongan pribumi. Hasil penelitian C. Van Vollenhoven menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 19 lingkungan adat yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang kemudia diperbaharui oleh B. Ter Haar menjadi 24 lingkungan adat. Di Seluruh indonesia tercatat kurang lebih 656 suku bangsa dengan bahasa lokal sekitar 300 macam.

Nasikum mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pluralism masyarakat indonesia :

1. Keadaan geografis yang membagi wilayah Indonesia atas 13.667 Pulau yang terserak di suatu darah ekuator sepanjang kurang lebih 3.000 mil dari timur ke barat dan lebih dari 1.000 mil dari utara ke selatan. Faktor ini merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap terciptanya pluralistis suku bangsa di Indonesia.

2. Kenyataan bahwa Indonesia terletak diantara samudera Indonesia dan saumdera pasifik. Kenyataan letak yang demikian ini sangat mempengaruhi terciptanya pluralistis agama di dalam masyarakat Indonesia melalui pengaruh kebudayaan bangsa lain, yang menyentuh masyarakat Indonesia.

3. Iklim yang berbeda dan struktur tanah yang tidak sama diantara berbagai darah di kepulauan nusantara ini merupakan faktor yang menciptakan pluralistis regional di indonesia. Perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah merupakan kondisi yang dapat menciptakan lingkungan ekologis yang berbeda di Indonesia, yakni daerah pertanian sawah. Perbdaan antara Jawa dan luar jawa di dalam bidang kependudukan, ekonomi dan sosial budaya. (Suriakusumah, 199:718).

Artikel Tentang Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk
Artikel Tentang Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk


Artikel Tentang Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk

Berbagai kenyataan di atas melahirkan struktur sosial yang bersifat horizontal dan vertikal yang sangat kompleks pada masyarakat indonesia. Sangat rasional sekali bila Indonesia selalu menghadapi permasalahan konflik antaretnik, kesenjangan sosial, dan sukar sekali terjadinya integrasi secara permanen. Hambatan demikian semakin nampak dengan jelas, jika diferensiasi sosial berdasarkan ukuran suk bangsa sanga bersingkungan dengan ukuran lain seperti agama, kelas, ekonomi, dan bahasa. Diferensiasi sosial yang melingkupi struktur sosial kemajemukan masyarakat indonesia adalah :

1. Diferensiasi yang disebabkan oleh perbedaan adat istiadat (custome differentiation) hal ini karena perbedaan etnik, budaya, agama, dan bahasa.

2. Diferensiasi yang disebabkan oleh structural, hal ini disebabkan oleh kemampuan untuk mengakses ekonomi dan politik sehingga menyebabkan kesenjangan sosial diantara etnik yang berbeda.

Menurut Josseln de Jong, yang diktuip oleh Zulyani Hidayah (1999: XI-XIII) Keberagaman budaya yang tersebar di Indonesia memiliki landasan pemikiran, yaitu :

1. Bahwa pada masa lampau masyarakat Indonesia itu terdiri dari beberapa persekutuan yang berlandaskan ikatan kekrabatan yang menganut garis keturunan secara unilineal, baik melalui keibuan maupun kebapakan.

2. Diantara persekutuan kekerabatan itu terjalin hubungan kawin secara tetap, sehingga terjelma tata hubunan yang mendudukan kelompok kerabat pemberi pengantin wanita lebih tinggi daripada kedudukan kelompok kerabat yang menerima pengantin wanita.

3. Seluruh kelompok kekerabatan yang ada baisanya terbagi dalam dua puluh masyarakat yang dikenal dengan istilah antropologis “moiety” yang satu sama lain ada dalam hubungan saling bermusuhan maupun dalam berkawan, sehingga nampaknya persaingan yang diatur oleh adat.

4. keanggotaan setiap individu, karenanya bersifat ganda dalam arti bahwa setiap orang bukan hanya menjadi anggota kelompok kerabat yang unilineal, melainkan juga anggota kesatuan paruh masyarakat.

5. Pembagian masyarakat dalam dua paruh masyarakat itu mempengaruhi pengertian masyarakat terhadap isi semesta ke dalam dua kelompok yang seolah-olah saling mengisi dalam arti serba dua yang dipertentangkan dan sebaliknya juga saling diperlukan adanya.

6. Akibatnya jjuga tercermin dalam sistem penilaian dalam masyarakat yang bersangkutan. Ada pihak yang baik dan sebaliknya ada pula pihak yang jahat atau buruk

7. Seluruh susunan kemasyarakatan itu erat dihubungkan dengan sistem kepercayaan masyarakat yang bersangkutan, terutama yang berkaitan dengan kompleks totemisme yang didominasi dengan upacara-upacara keagamaan dalam bentuk rangkaian upacara inisiasi dan diperkuat dengan dongeng-dongenng baik yang berupa kesusasteraan ataupun tradisi lisan.

8. Sifat serba dua tjuga tercermin dalam tata susunan dewa-dewa yang menjadi pujaan masyarakat yang bersangkutan. Walaupun dikenal lebihdari dua dewa, mereka menggolongkan ke dalam dua glongan dewa baik dan dewa buruk. Dewa yang tergolong buruk biasanya mempunyai anggota masyarkat dewa yang mewakili golongan atas dan dipuja.

9. Tata susunan masyarakat dewa itu ternyata mempengaruhi tata susunan kepemimpinan masyarakat dalam kehidupan politik yang seringkali merupakan pencerminan tentang kepercayaan yang berpangkal pada kehidupan dewata.

Kemajemukan dan heterogenitas masyarakat Indonesa haruslah dikembangkan sebuah model keberagaman budaya sehingga tidak menimbulkan konflik-konflik akibat perbedaan yang ada. Berubahnya cara pikir dalam mengambil kebijaksaan politik khususnya berkaitan dengan bduaya sangat penting untuk menerapkan prinsip demokrasi yang menjunjung tinggi asas persamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Demikianlah Artikel Tentang Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk. Semoga bermanfaat.

Baca juga artikel sebelumnya : Artikel Tentang Kebudayaan Nasional Indonesia

Artikel Tentang Kebudayaan Nasional Indonesia


Artikel Tentang Kebudayaan Nasional Indonesia – Hai sahabat, pada artikel kali ini kita akan membahas tentang Kebudayaan nasional Indonesia. Yuk, langsung dibaca:

Artikel Tentang Kebudayaan Nasional Indonesia
Artikel Tentang Kebudayaan Nasional Indonesia


Sejak Indonesia menjadi Negara merdeka pada tahun 1945, Cita-cita besar menjadi landasan dan semangat perjuangan dan mempunyai implikasi sosial dan kebudayaan yang sangat luas serta mendalam dalam kemajemukan dengan keanekaragaman kebudayaannya.  Kehidupan masyarakat Indonesia tersebar di Kepulauan Nusantara yang hidup dalam kelompok-kelompok perkampungan, kesukuan, kebahasaan, keagamaan, dan ras yang masing-masing berdiri sendiri. Dengan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, keanekaragaman tersebut meleburkan diri dan membenutk satu kelompok sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat bangsa. Untuk mempersatukan masyarakat tersebut diperlukan adanya kesepakatan dan pengembangan suatu sistem ideologi yang mengikat seluruh rakyat Indonesia dalam bentuk cita-cita dan nilai budaya tertentu. Kesadaran itu dituangkan dalam UUD 1945, Pasal 32 yang berbunyib : “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.”

Beranekaragamnya masyarakat Indonesia yang terwujud dalam sejumlah suku bangsa yang merupakan masyarakat yang berdiri sendiri haruslah diperkokoh dalam satu pedoman yang bersifat nasional yaitu konsep kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional adalah suatu kebudayaan yang mampu memberi makna bagi kehidpan berbangsa dan berkepribadian, yang dapat dibanggakan sebagai identitas nasional. Dengan kemajemukan dan latar belakang bduaya yang berbeda tersebut maka sangat sulit bagi pemerintah untuk mengembangkan kebudayaan nasional sehingga diperlukan sebuah landasan yang cukup kuat selain aturan dalam pasal 32 UUD 1945 yaitu melalui penjelasannya yang berbunyi :

“Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh indonesia, terhitung sebagia kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju kea rah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat mengembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa indonesia."

Artikel Tentang Kebudayaan Nasional Indonesia
Artikel Tentang Kebudayaan Nasional Indonesia


Oleh karena itu, sangat penting artinya bagi perkembangan masyarkat bangsa yang memerhatikan keberagaman kebudayaan nasional. Ada empat ketentuan arah dan tujuan pengembangan kebudayaan nasional indonesai.

1. Kebudayaan nasional merupakan perwujudan hasil upaya dan tanggapan aktif masyarakat Indonesia dalam proses adaptasi terhdap lingunkan dalam arti luas.
2. Kebudayaan nasional merupakan perpaduan puncak-puncak kebudayaan darah, sehingga mewujudkan konfigurasi budaya bangsa.
3. Pengembangan kebudayaan nasional itu harus menuju kea rah kemajuan adab yang dapat memperkok persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Tidak menutup kemungkinan untuk menyerap unsure-unsur kebudayaan yang dapat mengembangkan dan memperkaya kebudayaan nasiona, serta mempertinggi kemanusiaan bangsa indonesia.

Dalam pengembangan kebudayaan tersebut tidak bisa dihindari bahwa penyerapan unsure kebudayaan asing mampu memberikanpercepatan dalam proses perkembangan kebudayaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, cepat atau lambatntnya perkembangan suatu kebudayaan lebih banyak dipacu oleh kontak-kontak kebudayaan. Melalui kontak-kontak kebudayaan itulah akan terbawa serta pemikiran, pola-pola tingkah laku, serta teknologi yang sesuai dengan tingkat kebutuhan serta minat masyarakat yang bersangkutan.

Demikianlah Artikel Tentang Kebudayaan Nasional Indonesia. Semoga bermanfaat.

Artikel tentang Hubungan AntarBudaya Yang Terjadi Di Indonesia

Artikel tentang Hubungan AntarBudaya Yang Terjadi Di Indonesia – Hai sahabat, untuk artikel kali ini kita akan membahas tentang Hubungan antarbudaya yang terjadi di Indonesia. Yuk, langsung dibahas.

Artikel tentang Hubungan AntarBudaya Yang Terjadi Di Indonesia
Artikel tentang Hubungan AntarBudaya Yang Terjadi Di Indonesia


Hubungan antarbudaya telah terjadi sejak zaman dahulu kala. Banyak penyebab terjadinya hubungan antarbudaya. Ketika kerajaan asli Indonesia mengundang orang-orang pandai dari golongan Brahmana (pendeta) yang beragam Wisnu dan Brahma untuk memberi konsultasi dan nasehat mengenai struktur upacara-upcara keagamaan menurut sistem Negara-negara di India Selatan, mereka juga dengan sendirinya membawa serta budaya Hindu yang pada masa itu mendominasi kebudayaan umat Manusia. Terjadilah hubungan antarbudaya asli bangsa indonesia dengan budaya hindu.

Ikatan kerja sama perdagangan antara pedagang-pedagan Indonesia dengan pedagan asing seperti pedagan Persia dan Gujarat dengan sendirinya menyebbakan terjadinya hubungan antarabudaya, yaitu antara budaya bangsa Indonesia dengan budaya yang dibawa oleh para pedagan Persia dan Gujarat, yaitu agama Islam. Beberapa orang Indonesia kemudian naik haji ke Mekah dan sepulang dari sana berusaha menyiarkan dan menerapkan ajaran agama Islam yang lebih murni. Hingga tidak mengherankan apabila masyarakat Indonesia sangat kental dengan budaya islam.

Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia untuk urusan perdagangan rempah-rempah juga menyebabkan hubungan antarbudaya, yaitu antara budaya eropa dengan budaya masyarakat Indonesia. Belanda memang bukanlah bangsa eropa yang pertama datang ke Indonesia , tetapi merekalah yang paling berhasil menguasai perdagangan di Nusantara. Mereka membentuk VOC. Kebangkrutan VOC membuat masuknya pemerintahan Belanda dan pada akhirnya Belanda menjajah indonesia. Dalam prose perdagangan dan penjajahan itu, Belanda memperkenalkan budayanya kepada bangsa indonesia, baik melalui lembagai pendidikan yang sangat terbatas maupun melalui Pastur dan pendeta yang melakukan missie dan zending untuk menyiarkan agama Katolik dan Kristen Protestan. Tidak mengherankan juga apabila beberapa daerah di Indoensia sangat akrab dan kental dengan budaya bernuansa agama Katolik dan Kristen Prostestan.

Hubungan antarbudaya terus terjadi sampai saat ini. Hubungan itu semakin meluas dan cepat. Hubungan antarbudaya semakin meluas karena hubungan itu tidak lagi terjadi pada hanya golongan elit masyarakt, tetapi sudah melibatkan seluruh lapisan masyarakat pada semua aspek kehidupan manusia. Hubungan antarbudaya terjadi dengan cepat karena ubungan itu terjadi setiap detik dan waktu akibat dari ditemukannya teknologi, transportasi, dan komunikasi yang menumbuhkan media massa dan media elektronik seperti radio, televise, VCD dan sebagianya.

Artikel tentang Hubungan AntarBudaya Yang Terjadi Di Indonesia
Artikel tentang Hubungan AntarBudaya Yang Terjadi Di Indonesia


Hubungan antarbudaya yang terjadi semakin dan merasuk pada seluruh aspek kehidupan masyarkat indonesia menyebabkan perkembangan dan pertumbuhan budaya masyarakat Indonesia. Bermula dari gaya hidup agraris beralih ke gaya hidup priyayi hingga buruh serta usaha sendiri dan mandiri (Wiraswasta) pada berbagai aspek kehidupan. Berala dari rumah dan bangunan sederhana, beralih ke rumah dinding tembok dan gedung-gedung megah berukuran besar. Berawal dari sedikit aliran, sekarang sudah menjadi banyak aliran dalam setiap agama yang dianut dan berkembang di Indonesia. Dari tidak mengenal makanan siap saji menjadi bangsa yang sangat menyukai makanan siap saji. Dari orang yang tidak mengenal dunia menjadi orang yang mengenal dunia. Tidaklah mengherankan apabila kita menemui adanya persamaan unsure-unsur kebudayaan di berbagai tempat di dunia ini.

1. Akulturasi

Hubungan antarbudaya menjadi salah satu pusat studi antropologi dan melahirkan teori akulturasi (acculturation atua cultur contact). Menurut Dwi Wahyudiarto (2005:37) istilah akulturasi mempunyai berbagai arti di antara para sarjana antropologi, tetapi semua sepaham bahwa konsep itu mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsure-unsur dari sautu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsure-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Proses akulturasi telah terjadi sejak zaman dahulu. Seiring dengan perkembangan zaman, pada saat ini melalui akulturasi hampir semua suku bangsa di dunia dipengaruhi oleh unsure-unsur kebudayaan Eropa dan Amerika, hal ini semakin dipermudah oleh kebutuhan setiap negara di dunia untuk melakukan modernisasi yang selalu merujuk kepada Negara-negara eropa dan Amerika Serikat. Setidaknya ada lima hal yang harus diperhatikan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai proses akulturasi, yaitu:

a.  Keadaan sebelum proses akulturasi
b. Para Individu pembawa unsure-unsur kebudayaan asing
c. Saluran-saluran yang dilalui oleh unsure-unsur kebudayaan asing untuk masuk ke dalam kebudayaan penerima.
d. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh.
e. Reaksi para individu yang terkena unsure-unsur kebudayaan asing
(Koentjaraningrat, 1999).

Keadaan sebelum proses akulturasi berhubungan dengan bangsa Indonesia sebelum dipengaruhi oleh budaya asing.Bagaiaman budaya asli indonesia sbelum datangnya Hindu, Islam dan Eropa? Tentu hidup dengan religi tradisionalnya, tidak begitu mengenal stratifikasi sosial, dan sebagainya. Individu pembawa unsure-unsur kebudayaan asing berhubungan dengan agent of acculturation. Contohnya adalah para pedagan yang membawa unsure kebudayaan berupa berbagai jenis barang, cara berdagang, di samping kepercayaan dan agama yang dianutnya. Para pastur dan pendeta penyiar agama katolik dan Kristen Protestan juga membawa unsure kebudayaan berupa penyuluhan kesehatan, pendidikan sekolah, dan berbagai unsure-unsur kebudayaan Eropa lainnya. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh akulturasi berhubungan dengan lapisan masyarakat yang menerima akulturasi, bisa seluruh lapisan masyarakat, tetapi bisa juga hanya sebagian dari lapisan masyarakat. Reaksi individu yang terkena akulturasi terdiri dari Individu yang menerima dan individu yang menolak budaya asing. Bagi Individu yang menerima, tentu gaya hidupnya akan dipengaruhi oleh hasil akulturasi itu, tetapi individu yang menolak akan mencari pelarian dari akulturasi, diantaranya mendalami gerakan kebatinan, mereka melarikan diri dari kenyataan dengan berbagai cara dan memimpikan kembalinya suatu zaman bahagia.

2. Asimilasi

Asimilasi merupakan teori yang berupaya menjelaskan hubungan antarbudaya dan berbeda dengan akulturasi. Menurut Dwi Wahyudiarto (2005 : 39), asimiliasi adalah proses sosial yang timbul apabila:

1. Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.
2. Saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga
3. Kebudayaan-kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah wujudnya menjadi unsure-unsur kebudayaan campuran.

Pada umumnya proses asimilasi terjadi antara suatu golongan mayoritas dan golongan minoritas. Pada situasi dan kondisi seperti itu, biasanya golongan minoritas yang berubah dan menyesuaikan diri dengan golongan mayoritas, sehingga sifat-sifat khas dari kebudayaannya lambat laun berubah dan menyatu dengan kebudayaan golongan mayoritas. Keberhasilan asimiliasi sangat didukung oleh roleransi dan simpati antarkedua golongan.

Artikel tentang Hubungan AntarBudaya Yang Terjadi Di Indonesia
Artikel tentang Hubungan AntarBudaya Yang Terjadi Di Indonesia


Pola-pola perikalu yang dikembangkan dalam masing-masing budaya juga mengalami perbedaan dan keberagaman yang tidak sama. Ini merupakan sebuah potensi besar bagi sumber kekayaan bangsa Indonesia sehingga keaslian buaya lokal harus dijaga sebagai nilai-nilai dasar dalam berprilaku. Potensi kekayaan budaya Indonesia ini kemudian dirangkum dalam sebuah pandangan yang sama tentang kebudayaan nasional yang diatur dalam UUD 1945 pasal 32 yang berbunyi “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.” Ini merupakan wujud komitmen bangsa indonesia dalam memberikan penghargaan dan eksistensi bagi semua kebudayaan yang berkembang dan hidup di indonesia.

Demikianlah Artikel tentang Hubungan AntarBudaya Yang Terjadi Di Indonesia. Semoga bermanfaat.

Baca Juga

  • 4 Pilihan Dalam Berkehidupan - 4 pilihan dalam berkehidupan :Ada 4 Pilihan dalam berkehidupan, kamu bisa pilih salah satunya, atau lebih dari itu :1. Dengan kedudukan Jadilah yang paling...
    1 minggu yang lalu

Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam)

Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam) – Hai sahabat, kali ini kita akan membahas tentang A...