https://shope.ee/6Kb2s7Y65L

Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia

Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia – Hai Sahabat, Kali ini kita akan membahas tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia. Yuk dibaca :

Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia
Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia


1. Hidup Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Kehidupan masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan masih sangat sederhana. Mereka memenuhi segala kebutuhan hidupnya dari berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka memakan makanan yang disediakan oleh alam. Makanan diperoleh dengan cara berburu, mengumpulkan buah-buahan, ubi-ubian, dan menangkap ikan. Mereka hidiup dalam kelompok-kelompok kecil (bergerombol) agar mampu menghadapi segala macam tantangan atau ancaman.

Manusia purba telah pandai memilih tempat-tempat tinggalnya, serpti di tepi sungai, di tepi danau ataupun di pantai. Ada juga yang tinggal di dalam goa-goa atau ceruk-ceruk batu : maka tempat tinggal mereka tidak menetap. Di tepi sungai atau danau banyak terdapat ikan dan binatang lain yang menjadi buruan mereka dan dapat mereka makan. Ada yang hidup di tepi pantai karena pantai banyak terdapat sumber makanan. Demikian juga yang tinggal di gua-gua, di daerah sekitarnya pastilah daerah yang cukup memberikan makanan, sehingga mereka bisa bertahan untuk hidup. Masa inilah yang disebut dengan masa food gathering (Mencari dan mengumpulkan makanan) dengan sistem hidup berpindah-pindah (nomaden).

Manusia purba secara sederhana telah menghasilkan kebudayaan, sebab budaya hasil copta, rasa dan karsa manusia. Mereka berhasil menciptakan alat-alat untuk menangkap binatang buruan, menguliti binatang buruan, mengorek ubi-ubian, mengail ikan dan sebgainya. Bahan pembuat alat-alat didapat dari alam sekitarnya, seperti batu, kayu, tulang, tanduk binatang dan sebgainya.

Dalam proses kehidupan yang cukup lama, manusia pras sejarah mengalami perkembangan meskipun sanat lamban, yaitu ada yang telah mengenal tempat tinggal sementara (semi sedenter), misalnya di pantai atau di gua-gua. Sisa-sisa peninggalan hidup tempat tinggal sementara dari zaman Mesolitikum ini disebut Kyokkemoddinger (sampah daur) dan abris sous roche (gua sebagai tempat tinggal). Alat-alat kehidupan merekapun makin berkembang, seperti chooper (kapak perimbas = pebble = kapak sumatera), chopping tool (kapak penetak), anak panah, flake, alat-alat dari tulang dan tanduk rusa, dan sebagainya.

Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia
Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia


2. Hidup menetap dan bercocok tanam

Hidup menetap dan bercocok tanam ada pada zaman Neolitikum, dimana manusia purba benar-benar telah memiliki kemampuan penalaran yang tinggi, terbukti dari hasil kebudayaan yang semakin halus dan sempurna. Hasil budayanya yang berupa alat-alat kehidupan serhari-hari seperti kapak persegi, beliung persegi, tarah dan anak panah serta perhiasan telah dibuat dan diasah dengan halus dan bentuknya seperti yang ada sekarang.

Kapak persegi antara lain untuk memotong daging binatang hasil buruannya, menebang pohon dan membuat perahu. Beliung persegi atau cangkul berfungsi untukmengerjakan ladang atau sawah sedangkan tarah atau pahat untuk mengukir/memahat kayu. Anak panah untuk memanah binatang buruan. Sedangkan perhiasan yang dibuat dari masa menetap dan bercocok tanam ini umumnya terbuat dari batu, tembikar dan kulit kerang. Bahkan telah mengenal pakaian yang terbuat dari kayu atau kerang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa selain membuat peralatan dan perhiasan, manusia dari zaman hidup menetap dan berocok tanam ini telah mengenal pakaian.

Oleh karena itu sudah bercocok tanam, maka dapat dipastikan mereka sudah hidup menetap. Mereka sudah dapat menyimpan hasil panennya untuk waktu yang cukup lama, demikian juga telah beternak dari hasil buruannya ; yang berarti telah memproduksi ternak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada zaman neolitikum ini telah terjadi perubahan-perubahan besar, suatu revolusi kehidupan manusia, yakni perubahan dari pola hidup berpindah-pindah dan tergantung pada penyediaan alam ke kehidupan menetap, bertani, beternak dan berproduksi.

Revolusi kehidupan manusia dari food gathering ke food producing dapat dibuktikan dengana danya beberapa hal yang dikemukakan oleh Dr. Brandes, seorang ahli purbakala, yang mengemukakan bahwa sebelum kedatangan pengatuh hindu-Budha, telah terdapat 10 unsur pokok dalam kehidupan asli masyarakat indonesia.

a. Kemampuan berlayar
Pembawa kebudayaan Neolitikum masuk ke indonesa ialah ras bangsa Austronesia yang menjadi nenek moyang bangsa indonesia. Mereka datang ke indonesia dengan menggunakan perahu bercadik. Kemampuan berlayar disertai dengan pengetahuan astronomi, yakni pengetahuan tentang perbintangan. Satu ciri perahu bangsa indonesia adalah penggunaa cadik, yaitu alat dari bamboo dan kayu yang dipasang di kanan-kiri perahu agar tidak mudah olehh.

b. Mengenal astronomi
Pengetahuan astronomi memang diperlukan untuk pelayaran pada malam hari. Oleh karena itu, mereka berlayar pada malam hari. Untuk pelayaran, mereka menggunakan rasi bintang pari (sebutan para nelayan) atau bintang gubug penceng (sebutan orang jawa). Bintang-bintang juga diperlukan untuk mengenal atau mengetahui datangnya musim bagi keperluan pertanian. Bintang beruang besar disebut bintang waluku, yang berarti bintang bajak.

c. Kepandaian bersawah
Sejak zaman Neolitikum bangsa indonesia telah bertempat tinggal tetap. Kehidupan mereka demikian mendorong mereka untuk hidiup sebagai food producing. Dalam bidang pertanian pada awalnya dilakukan dengan sistem ladang, tetapi untuk lebih meningkatkan hasil pertanian digunakan sistem sawa. Untuk itu tata pengaturan air sudah dilakukan dengan membuat saluran atau bendungan.

d. Mengatur masyarakat
Dengan kehidupan berkelompok yang sudah menetap, maka perlu diadakan aturan masyarakat. Dari desa-desa kuno di Indonesia dapat diketahui bahwa salah satu atauran yang dikenal adalah adanya kehidupan yang demokratis. Seseorang yang dianggap mempunyaikemampuan lebih dan dapat melindungi masyarakat terhadap gangguan baik dari dalam maupun dari luar serta dapat mengatur masyarakat dengan baik ; dipilih menjadi pemimpin. Apabila pemimpin meninggal maka makmnya dipuja oleh penduduk daerah tersebut.

e. Aktvitas Perdagangan
Barang-barang kehidupan yang dibuat di rumah atau hasil panen mereka banyak, tetapi ada beberpaa kebutuhan yang tidak dapat mereka penuhi atau mereka tanam ; maka mereka tukar menukar barang. Dengan demikian terjadilah perdagangan.

f. Kesenian wayang
Dalam kehidupan yang telah menetap dan teratur dapat diciptakan kesenian-kesenian yang lebih tinggi nilainya ; diantaranya ialah kesenian wayang yang berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang. Boneka=boneka perwujudan roh nenek moyang, dimainkan oleh dalang pada malam hari. Dengan menempatkan lampu di belakang dan tirai di depannya, anak cucu menyaksikan bayangan itu daribalik tirai. Roh nenek moyang yang masuk pada dalang menyuarakan suara nenek moyang yang berisi naehat-nasehat kepada anak cucu. Kata bayang dalam bahasa indonesia, menjadi wayang dalam bahasa jawa. Setelah pengaruh hindu masuk, nasihat dan kisah nenek moyang tersebut diganti kisah dengan cerita dari Mahabrata dan Ramayana yang lebih menarik. Fungsinya sebagai pertunjukan, sehingga penonton melihatnya dari depan tirai.

Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia

g. Seni batik
Batik merupakan kerajinan membuat gambar pada kain dengan alat yang disebut canting. Lilin yang dicairkan disendok dengan canting dan melalui ujung canting itu keluarlah lilin yang dititik-titikkan pada kain. Dari titik-titik itu diperoleh gambaran pada kain. Bagian kain yang tidak diberi lilin akan menjadi emrah bila kain itu dicelupkan ke dalam air soga. Kemudia ada bagian yang dihilangkan dan akan menjadi biru bila kain itu direndam dalam air nila. Akhirnya bila kain itu dimasukkan dalam air panas maka sisa lilin akan larut, sehingga diperoleh warna putih, biru dan merah mudah. Untuk mempercepat gambaran pada kain digunakan cap sebagai alat.

h. Seni gamelan
Agar pertunjukan wayang dapat dimainkan, maka perlu dibantu oleh gamelan sebagai alat music. Beberapa alat gamelan adalah gong, boning, gambang, rebab, saron dan gendang.
i. Sistem macapat
Macapat artinya tatacara yang didasarkan pada jumlah empat, dengan pusat terletak di tengah. Pusat pemerintahan letaknya di tengah wilayah yang dikuasai. Di pusat yang demikian terdapat alun-alun atau tanah lapang. Di Empat penjuru alun-alun itu terdapat bangunan-bangunan yang penting seperti kraton, tempat pemujaan, pasar dan penjara. Susunan demikian masih banyak dijumpai di kota-kota lama.
j. Membuat kerajinan
Dengan adanya waktu luang saat menunggu hasil panen, ada upaya untuk membuat kerajinan tangan, misalnya gerabah, manic-manik, pakaian dari kulit kayu/kerang, anyaman dan perhiasan. Bahkan pada zaman logam usaha kerajinan perundagian makin berkembang.

3. Ciri-ciri dan Perkembangan kehidupan masyarakat
a.Masa berburu dan Berpindah-pindah
Kehidupan masyarakat berburu dan berpindah-pindah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Manusia hidup berkelompok dan tempat tinggal mereka berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain (nomaden) seiring dengan usaha memenuhi kebutuhan hidupnya
2. Mereka belum mengenal bercocok tanam
3. Kebutuahan makanan mereka tergantung pada alam, serhingga cara mereka mencari makan disebut dengan nama food gathering (mengumpulkan makanan) dan berburu.
4. Alat-alat kebutuhan mereka dibuat dari batu yang belum dihaluskan (masih sangat kasar)
b. Masa bercocok tanam dan menetap
Kehidupan masyarakat masa bercocok tanam dan menetap memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Kehidupan mereka sudah mempunyai tempat tinggal yang menetap secara mantap.
2. mereka sudah mengenal bercocok tanam dengan baik.
3. Mereka sudah mampu mengolah bahan makanan sendiri sesuai dengan kebutuhan mereka atau disebut dengan menghasilkan makanan (food producing). Mereka disamping berburu dan menangkap ikan juga telah memelihara binatang-binatang jinak, seperti anjing, babi dan kerbau. Binatang-binatang itu bukan saja dipelihara untuk keperluan konsumsi tetapi juga untuk dapat dipakai sebagai binatang korban.
4. Alat-alat yangdibuat dari batu lebih halus dan macamnya lebih banyak. Seperti kapak, tombak, panah dan lain-lain. Bahkan mereka telah berhasil membuat perhiasan dari gelang-gelang dan biji-biji kalung dari batu.
5. Peradaban mereka sudah lebih maju dan membuat alat-alat rumah tangga yang lebih baik serta telah mengenal seni.

Demikianlah Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia. Semoga bermanfaat.


Tag : Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesiam Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesiam Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia, Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia, Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia, Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia, Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia, Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia, Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia, Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia

Artikel Tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi

Artikel Tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi – Hai sahabat, kali ini kita akan membahas tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi.

Artikel Tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi
Artikel Tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi 


1. Pengertian Etnografi

Istilah Etnografi berassal dari kata ethos yang berarti bangsa dan graphy yang berarti tulisan. Jadi, pengertian etnografi adalaha deskripsi tentang bangsa-bangsa. Beberapa pendapat ahli antropologi mengenai pengertian etnografi sebagai berikut :

a. Menurut pendapat spradley dalam Yad Mulyadi (1999), etnografi adalah kegiatan menguraikan dan menjelaskan suatu kebudayaan.
b. Menurut pendapat Spindler dalam Yad Mulyadi (1999), etnografi adalah kegiatan antropologi di lapangan.
c. Menurut pendapat Koentjaraningrat(1985), isi karangan etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu bangsa.

B. Studi Etnografi

Cara melakukan studi tentang etnografi, bukanlah hal yang mudah karena berkaitan dengan perilaku dan kebiasaan yang dilakukan oleh anggota suatu suku bangsa. Padahal ada suku bangsa yang anggotanya sangat banyak bahkan mencapai jutaan penduduk. Oleh karena itu, seorang ahli antropologi yang menulis tentang sebuah etnografi tentu tidak mampu mencakup keseluruhan penduduk anggota dari suku bangsa yang besar tersebut dalam deskripsinya.

Dalam penulisan etnografi, pada umumnya seorang peneliti membatasi objek penelitian dengan mengambil salah satu unsurkebudayaan yang diteliti dengan sekelompok masyarakat tertentu. Misal : Meneliti sistem kesenian tradisional masyarakat daerah tertentu, meneliti tentang macam-macam upacara adat yang berkembang dalam masyarakat di suatu daerah.

Jika daerah yang dijadikan objek pengamatan terlalu luas pada umumnya peneliti membatasi dengan mengambil bagian kecil daerah tersebut yang dianggap dapat mewaikili keadaan di seluruhh daerah pengamatan. Misaln : Untuk mengamati adat istiadat masyarakat suku jawa diambil daerah penelitian pada masyarakat pedesaan di wilayah Kabupaten Klaten – Surakarta yang dianggap dapat mewaikili keseluruhan perilaku khas orang jawa.

Pada zaman sekarng memang tidak mudah untuk memperoleh daerah yang penduduknya hanya dihuni oleh suku bangsa asli, apalagi jika penelitian dilakukan di kota besar atau desa yang memungkinkan hadirnya kaum pendatang menetap di daerah tersebut.

Dalam penyusunan sebuah karangan etnografi, kita dapat menggunakan tahapan sebagai berikut :
1. Pemilihan lokasi penelitian
Menurut J.A Clifton dalam bukunya yang berjudul Introduction to Cultural Anthropology, batasan lokasi yang akan dipergunakan sebagai penelitian sebagai berikut:
a. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau lebih.
b. Kesatuan masyarakat yang terdiri atas penduduk yang mengucpakan satu bahasa atau satu logat bahasa yang sama.
c. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh garis batas suatu daerah politi-administratif.
d. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh rasa identitas penduduknya sendiri.
e. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah geografi yang merupakan kesatuan daerah fisik.
f. Kesatuan masyarakt yang ditentukan oleh kesatuan ekologi.
g. Kesatuan masyarkat dengan pendduk yang mengalami satu pengalaman sejarah yang sama.
h. Kesatuan masyarkat dengan penduduk yang frekuensi interaksinya satu dan lainnya merata tinggi.
i. Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial yang seragam atau homogeny.

Artikel Tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi
Artikel Tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi 


Dalam karangan etnografi, lokasi penelitian yang telah ditentukan perlu dideskripsikan. Deskripsi lokasi penelitian mengenai hal-hal berikut:
a. Ciri-ciri geografis, yaitu mengenai iklim (misal: tropis, sedang, mediteran dan kutub), sifat daerah (misal : Pegunungan, dataran rendah, dataran tinggi, kepulauan, rawa-rawa, hutan tropical, sabana, stepa, gurun dan sebagainya), keadaan suhu rata-rata dan curah hujan.
b. Ciri-ciri geologi dan geomorfologi yang berkaitan dengan kondisi tanah.
c. Keadaan Flora dan Fauna
d. Data Demografi yang berkaitan dengan kependudukan. Misalnya mengenai : data jumlah penduduk, jenis kelamin, laju natalitas, mortalitas, dan data mengenai migrasi atau mobilitas penduduk.
Untuk melengkapi deskripsi mengenai lokasi penelitian perlu dilengkapi dengan peta-peta yang meemnuhi syarat ilmiah. Peta-peta tersebut melukiskan keadaan lokasi penelitian.

2. Menyusun kerangka Etnografi
Setelah lokasi ditetapkan, maka langkah berikutnya aadalah menentukan bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di lokasi yang dipilih tersebut. Hal itu merupakan kerangka etnografi.
Penelitian etnografi merupakan penelitian yang merupakan holisitik atau menyeluruh, artinya penelitian etnografi tidak hanya mengarahkan perhatiannya kepada salah satu atau beberapa variable tertentu saja. Hal itu didasarkan pada sistem yang terdiri atas bagian-bagain yang tidak dapat dipisahkan.
Unsur-unsur dalam kebudayaan suatu suku bangsa yang dapatdijadikan sebagai kerangka etnografi sebagai berikut :
a. Bahasa.
b. Sistem teknologi
c. Sistem ekonomi
d. Organisasi sosial
e.. Sistem pengetahuan
f. Kesenian
g. Sistem religi.

Keseluruhan unsure-unsur di atas bersifat universal, artinya semua kebudayaan suku bagsa pasti terdapat unsure-unsur tersebut. Mengenai urutan mana yang menjadi prioritas penelitian dari keseluruhan unsure kebudayaan tersebut ebrgantung sepenuhnya kepada peneliti. Namun, sistem urutan yang biasa dipergunakan dalam studi etnografi diawali dari hal-hal yang bersifat konkret menuju ke hal-hal yang paling abstrak. Dalam hal ini unsure bahasa merupakan salah satu unsure kebudayaan yang paling konker, karena hal pertama yang kita jumpai dalam penelitian terhadap pendudk di suatu daerah adalah bahasa pergaulan yang mereka gunakan sehari-hari. Amat jarang kiranya seseorang langsung menggunakan bahasa isyarat saat pertama bertemu dengan orang asing. Hal yang lazim dilakukan oelh orang saat pertama bertemu dengan orang asing adalah mencoba mengajaknya berkomunikasi dengan bahasa lisan yang biasa ia gunakan.

Dengan mengamati interaksi sesama penduduk, dapat ditemukan jenis bahasa lokal yang mereka gunakans sebagai komunikasi lisan sehari-hari. Dengan menjumpai pemakaian bahasa ini, peneliti dapat menganalisis tentang kedudukan bahasa lokal dikaitkan dengan bahasa resmi yang dipergunakan sebagia bahasa pengantar dalam komunikasi lisan antarpenduduk suku bangsa yang berbeda.

Dengan mengamati sistem teknologi yang berkembang di dalam kehidupan penduduk, peneliti dapat memfokuskan perhatiannya kepada benda-benda kebduayaan dan alat-alat kehidupan sehari-hari yang sifatnya konkret. Berkaitan dengan sistem ekonomi yang menjadi perhatian dalam penulisan etnografi, al yang perlu mendapatkan perhatian dari peneliti adalah jenis mata pencaharian utama yang dilakukan penduduk dalam upaya memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Unsur kebudayaan menyangkut tentang organisasi sosial. Unsur kebudayaan sebagai bahan deskripsi kebudayaan, antara lain berkaitan dengan sistem kekerabatan yang dianut, sistem pemerintahan, pembagian kerja,ataupun aktivitas sosial yang sifatnya kolektif dan mencerimkan suatu birokrasi.

Penulisan deksripsi kebudayaan yang menyangkut sistem pengetahuan adalah hal-hal yang berkaitan dengan upaya penduduk untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaanya, termasuk dalam hal ini adalah bgaimana penduduk berupaya melakukan adaptasi terhadap lingkungan alam sekitarnya. Sebagai contoh, untuk meningkatkan peroduksi pertanian, penduduk mengembangkan sistem pertanian hidrphonik dengan memanfaatkan setiap jengkal tempat yang kosong untuk ditanami sayuran atau buah-buah di dalam pot tanpa menggantungkan tersedianyna lahan pertanian yang luas.
Deskripsi tentang sistem kesenian yang ada dalam kehidupan masyarakat mencakup tentang berbagai bidang seni yang menunjukkan identitas khas masyarakat/suku bangsa tersebut. Bidang seni yang menunjukkan identitas khas masyarakat/suku bangsa, antara lain seni bangunan, seni lukis, seni tari, seni music tradisional, dan seni vokal.

Deskripsi tentan sistem religi yang dianut masyarakat/suku bangsa di daerah penelitian berkaitan dengan kepercayaan, gagasan, ataupun keyakinan-keyakinan yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat/suku bangsa tersebut. Oleh karena itu, peneliti harus tanggap terhadap unsure dalam sistem religi tersebut.

3. Menemukan metodologi penelitian

Studi etnografi tidak terlepas dari teknik yang dipergunakan dalam melaksanakan penelitian etnografi, karena etnografi merupakan sebuah pendekatan penelitian secara teoritis. Oleh karena itu, sebuah peneliti di lapangan terlebih dahulu menguasai metode-metode yang berkaitan dengan kegiatan penelitiannya.

Bnayak metode yang dipilih dalam melaksanakan studi etnografi. Metode yang paling tepat digunakan, antara lain metode observasi dan metode interview.

a. metode Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu metode yang dipergunakan dalam penelitian. Dalam arti sempit, metode observasi dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti luas, observasi merupakan proses yang komplek dan tersusun dari berbagai proses biologis maupun psikologis. Dalam metode observasi yang terpenting adalah pengamatan dan ingatan.
Kemungkinan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam proses pengamatan dapat diatasi dengan cara sebagai berikut :
1. Menyediakan waktu yang lebih banyak agar dapat melihat objek yang komplek dari berbagai segi secara berulang-ulang.
2. Menggunakan orang (Petugas pengamat/observers) yang lebih banyak untuk melihat objeknya dari segi-segi tertentu dan mengintegrasikan hasil-hasil penyelidikan mereka gar diperoleh gambaran tentang keseluruhan objeknya.
3. Mengambil lebih banyak objek yang sejenis agar dalam jangka waktu yang terbatas dapat disoroti objek-bojke itu dari segi-segi yang berdeda-beda oleh penyelidik yang terbatas jumlahnya.
Untuk mengatasi keterbatasan ingatan dalam proses observasi dapat diantisipasi dengan cara sebagai berikut :
1. Mengadakan pencatatan biasa atau dengan menggunakan check list.
2. Menggunakan alat-alat mekanik (mechanical device) seperti tape recorder, kamera dan vide. Alat-alat tersebut berfungsi mengabadikan fenomena yang sedang diamati.
3. Menggunakan lebih banyak observers.
4. Memusatkan perhatian pada data yang relevan.
5. Mengklasifikasikan gejala-gejala secara tepat.
6. Menambah bahan apersepsi tentang objek yang akan diamati.
Menurut rummel, beberapa petunjuk yang dapat diikuti dalam melaksanakan obserbasi antara lain sebagai berikut :
1. Terlebih dahulu mencari informasi mengenai hal-hal yang akan diamati.
2. Tetapkan tujuan-tujuan umum dan tujuan-tujuan khusus yang dicapai melalui observasi tersebut.
3. Tetapkan suatu cara tertentu untuk mencatat hasil-hasil observasi.
4. Lakukan pembatasan terhadap macam-macam tingkat kategori yang akan dipergunakan.
5. Lakukan observasi secermat-cermatnya.
6. Catatlah setiap gejala yang muncul secara terpisah.
7. Pelajarilah secara baik dan kuasai cara pemakaian alat-alat pencatan dan tata cara mencatat hasil pengmatan sebelum melakukan observasi.
Menurut Jehoda, observasi menjadi alat penelitian ilmiah, apabila:
1. Mengabdi kepada tujuan-tujuan penelitian yang telah dirumuskan
2. Direncanakan secara sistematik, bukan terjadi secara tidak teratur.
3. Dicatat dan dihubungkan secara sistematik dengan prosisi-prosisi yang lebih umum, dan tidak hanya dilaksanakan untuk memenuhi rasa ingin tahu saja, dan
4. Dapat dicheck dan dikontrol validitas, reliabilitas, dan ketelitannya sebagaimana data ilmiah lainnya.
Menurut Good, observasi dalam metodologi penelitian mengandung enam ciri sebagai berikut :
1. Observasi memilih arah yang khusus
2. Observasi ilmiah tentang tingkah laku adalah sistematik.
3. Observasi bersifat kuantitatif.
4. Observasi mengadakan pencatatan dengan segera.
5. Observasi menuntut adanya keahlian.
6. Hasil-hasil observasi dapat dicheck dan dibuktikan untuk menjamin reliabilitas dan validitasnya.
Untuk melaksanakan metode observasi, peneliti dapat memilih teknik-teknik observasi yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi. Adapun teknik observasi yang dapat dipiliih, antara lain :
1. Observasi partisipan – observasi nonpartisipan
2. Observasi sistematik – observasi nonsistematik
3. Observasi eksperimental – Observasi Noneksperimental

Untuk memahami, marilah kita pelajari satu persatu.

1. Observasi partisipan – Obserbasi Nonpartisipan
Observasi partisipan pada umumnya dipergunakan dalam penelitian yang sifatnya eksploratif, termasuk dalam menyusun karangan etnografi. Observasi partisipan adalah obserbasi yang dilakukan dimana observers atau orang yang melakukan observasi turut ambil bagian dalam kehidupan masyarakat yang diobservasi. Sebagai contoh, untuk meneliti pola kehidupan kaum gelandangan maka observes turut membaur dalam kehidupan para glandangan tersebut.
Dalam menggunakan teknik observasi partisipan ini, seorang observers perlu memerphatikan masalah-masalah berikut :
a. Materi apa saja yang akan diobservasi. Untuk keperluan ini, observers dapat menyiapkan daftar mengenai hal-hal yang akan diamati.
b. Waktu dan bentuk pencatatan. Saat pencatatan yang baik adalah model “On The spot”, yaitu melakukan pencatatan segera saat pengamatan berlangsung. Tiap pencatatan dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu bentuk kronologis dan bentuk sistematik. Bentuk kronologis didasarkan pada urutan kejadiannya, sedangkan bentuk sistematik, yaitu memasukkan tiap-tiap kejadian dalam kategori masing-masing tanpa memperhatikan urutan kejadiannya.
c. Hubungan baik antara observers dengan objek yang diamati (Observees). Untuk mewujudkan hubungan yang baik antara observers dengan observes dapat dilakukan dengan cara ;
- Mencegah timbulnya kecurigaan-kecurigaan
- Mengadakan good raport, yaitu hubungan antrapribadi yang ditandai oleh semangat kerja sama, saling mempercayai, dan saling membantu antara observers dengan observes.
- Menjaga agar situasi dalam masyarakat yang diamai tetap dalam situasi yang wajar.
d. Intensi dan ekstensi keterlibatan observes dalam partisipasi, yaitu sejauh mana keterlibatan observers dalam observasi partisipan. Dlam hal ini observers dapat mengambil bagian dalam kegiatan observasi, yaitu sebgai berikut:
- Peneliti (Observers) mengikuti kegiatan objek yang diamati (observes) hanya pada saat-saat tertentu saja yang oleh peneliti dianggap penting. Hal itu sering disebut sebagai partisipasi sebagian.
- Peneliti mengikuti seluruh kegiatan objek yang diamati dari awal sampai akhir kegiatan penelitian tersebut. Hal itu sering disebut sebagai partisipasi penuh.
Adapun sejauh mana tingkat keterlibatan atau partisipasi peneliti dalam setiap kegiatan pengamatan adalah sebagai berikut :
- Peneliti semaksimal mungkin turut terlibat atau mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamati. Dalam hal ini peneliti terlibat secara intensif.
- Peneliti hanya sedikit ambil bagian dalam kegiatan objek yang diamati. Dalam hal ini peneliti tidak sepenuhnya terlibat, hanya sekilas saja.
Penentuan tersebut sepenuhnya ada pada kemauan observers.
Adapun observasi non partisipan adalah observasi yang dilakukan dimana observes sama sekali tidak ikut terjun dalam kegiatan objek yang diamati.
2. Observasi sistematik- observasi nonsistematik
Observasi sistematik sering disebut sebagai observasi berstruktur. Observasi sistematik adalah observasi yang dilakukan berdasarkan kerangka pengamatan yang telah disiapkan sebalumnya. Di dalam kerangka pengamatan tersebut memuat hal-hal sebagai berikut :
a. Materi yang akan diobservasi. Materi yang akan dionservasi pada umumnya telah dibadati, sehingga observers tidak memiliki kebebasan dalam melakukan pengamatan.
b. Cara-cara penatatan hasil observasi. Cara pencatatan hasil observasi dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan atau permasalahan yang telah dirumuskan terlebih dahulu, serhingga memudahkan untuk mengadakan kuantifikasi terhadap hasil pengamatan. Pembuatan daftar ini diawali dengan kegiatan sebagai berikut :
- Observasi pendahuluan
- Perumusan sementara (konsep)
- Adanya uji coba terhadap konsep yang telah disusun
- Perbaikan dari hasil uji coba
- Dilakukan uji coba lagi – diperbaiki – diuji cobakan, dan seterusnya hingga diperoleh rumusan yang final.
c. Hubungan antara observers dengan observes. Dalam hal ini, perlu adanya kerja sama yang baik antara observers dan observes, sehingga pengamatan dapat berlangsung dalam situasi sewajarnya/tidak dibuat-buat.
Adapun observasi nonsistematik adalah observasi yang berlangsung secara spontan/bebas tanpa adanya kerangka pengamatan. Observasi ini sering disebut sebagai observasi tak berstruktur.
3. Observasi Ekperimental – Observasi Noneksperimental. Observasi Ekperimental sering disebut sebagai observasi dalam situasi tes. Ciri-ciri observasi ekperimental adalah:
- Observers dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua observes
- Situasi dibuat sedemikian rupa untukmemungkinkan variasi timbulnya tingkah laku yang akan diamati oleh observers.
- Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observes tidak mengetahui maksud yang sebenarnya dari kegiatan observasi tersebut.
- Observers membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observees mengadakan aksi-reaksi, bukan hanya jumlah aksi-reaksi semata.
Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relative murni untuk menyelidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Dalam hal ini, faktor-faktor yang dapat memengaruhi tingkah laku observees telah dikontrol secermat-cermatnya, sehingga tinggal satu atau dua faktor untuk diamati sejauh mana pengaruhnya terhadap dimensi-dimensi tertentu dari tingkah laku.

Demikianlah Artikel Tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi. Semoga bermanfaat.


Tag : Artikel Tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi , Artikel Tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi , Artikel Tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi , Artikel Tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi  Artikel Tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi , Artikel Tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi , Artikel Tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi , Artikel Tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi , Artikel Tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi , Artikel Tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi 

Artikel Tentang Faktor Penghambat Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

Artikel Tentang Faktor Penghambat Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi – Hai sahabat, pada artikel kali ini kita akan membahas tentang Faktor penghambat perkembangan ilmu pengetahuan dan Teknologi. Langsung dibaca yuk :

Artikel Tentang Faktor Penghambat Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Artikel Tentang Faktor Penghambat Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi


Pada saat sekarang, perkembangan  ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat. Hal itu tidak terlepas dari proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebelumnya. Perkembangan tersebut terjadi karena manusia dengan kemampuan akal yang dimiliknya berupaya untuk mengembangkan, menemukan dan mengadakan penelitian-penelitian di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Upaya-upaya tersebut didsari oleh adanya keinginan manusia untuk dapat memenuhi segala kebutuhan atau keinginan di segala bidang.

Adapun faktor-faktor yang menghambat proses pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai berikut :

1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi dan sudut pandang
Salah satu hal yang mempercepat proses alih teknologi adalah melalui pendidikan. Menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan bukanlah hal yang mudah, meskipun hasil pendidikan dapat dirasakan langsung. Adanya pemahaman yang salah bahwa pendidikan hanya untuk golongan tertentu merupakan hambatan serius dalam membangkitkkan semangat belajar pada masyarakat. Usaha aktivis perempuan untuk menuntut kesetaraan gender dalam berbagai bidang merupakan salah satu upaya untuk memberantas hambatan budaya yang berkaitan dengan hidup dan sitem kepercayaan yang menyimpang terhadap hak-hak perempuan. Masyarakat tradisional jawa, misalnya masih memiliki pandangan yang kuat bahwa kaum perempuan tidak perlu menuntut ilmu terlalu tinggi agar tidak melawan kodratnya sebagai perempuan.

2. Sikap tradisional yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru
Pengalaman pahit masa penjajahan selama ratusan tahun di bawah belenggu bangsa asing telah menimbulkan trauma di kalangan masyarakat tradisional. Mereka cenderung antipasti terhadap hal-hal baru yang berbau asing. Menurut pandangan masyarakat tradisional, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari Negara asing merupakan bentuk penjajahan baru, maka harus dihindari. Sikap berprasangka buruk terhadap hal-hal yang baru/asing ini sangat mnenghambat proses alih teknologi. Kenyataanya, bangsa kita masih tertinggal jauh dengan bangsa asing dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Sikap  Entosentrisme
Sikap ini juga merupakan salah satu Faktor Penghambat Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi. Sikap etnosentrisme adalah sikap mengagung-agungkan kebudayaan sendiri dan menganggap rendah kebudayaan lain. Sikap ini selain menunjukkan kesombongan diri sekaligus merugikan diri sendiri. Sejarah membuktikan bahwa sifat tertutup bangsa cinda dan jepang di masa lamapu telah mengakibatkan ketertinggalan mereka dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju. Kesadaran yang tepat dalam menanggapi kelemahan diri membuat Cina dan jepang membuka diri dan akhirnya mampu mengejar ketinggalan dengan Negara lain. Bahkan kini jepang berhasil muncul sebagai salah satu Negara maju di dunia. Bangga terhadap kebudayaan bangsa memang wajib dimiliki oleh setiap komponen bangsa, namun jangalah kebanggaan tersebut malah menjadi boomerang yang menyebabkan keterpurukan bangsa akibat ketertinggalan dengan bangsa lain. Menyadari bahwa setiap kebudayaan memiliki kelemahan dan kelebihan merupakan sikap yang bijak dalam mennanggapi berbagai pengaruh kebudayaan asing. Hal-hal positif harus kita serap dan kita kuasai, sedangkan hal-hal yang negative perlu dihindari.

Artikel Tentang Faktor Penghambat Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Artikel Tentang Faktor Penghambat Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi


4. Rendahnya etos kerja
Rendahnya etos kerja seseorang ditandai dengan sikap mental yang menghambat proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, antara lain:

a. Sikap pasrah terhadap nasib
Adakalanya sikap pasrah memang diperlukan untuk mengurangi tekanan jiwa dalam menghadapi suatu permasalahan yang rumit dan datang bertubi-tubi. Namun jika sikap pasrah menjadi suatu karakter, maka menyebabkan orang akan enggan bekerja keras. Padahal tantangan globalisasi menghendaki setiap orang mampu bersaing secara sehat dan ini diperlukan usaha kerja keras. Sikap pasrah akan menyebabkan manusia cepat merasa puas dengan apa yang dimiliki. Sikap pasrah sering identik dengan sikap malas. Jika hal ini menjangkiti setiap orang maka tidak mengherankan jika dalam era perdagangan bebas akan menjadi budak orang asing di negeri sendiri.

b. Sikap kurang disiplin
Budaya tidak tepat waktu atau jam karet merupakan salah satu indikator ketidakdisiplinan seseorang dalam menghargai waktu. Sikap tidak disiplin dalam penerapannya merembet bukan hanya masalah ketidaktepatan waktu, melainkan juga ketidaktekunan dalam mempelajari sesuatu hal serta ketidakmampuan menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Kebiasaan remaja menghabiskan waktu di tepan televise atau bermain merupakan salah satu contoh ketidakmampuan remaja memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang produktif misalnya untuk belajar. Terbatasnya waktu belajar yang banyak tersita dengan kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya rekreatif menunjukkan ketidak tekunan seseorang dalam belajar. Dalam belajar diperlukan waktu pembiasaan atau pelatihan unuk mencapai suatu keberhasilan.

c. Ketidakmandirian
Naluri manusia sebagai makhluk sosial secara ekstrim menumbuhkan sikap ketergantungan yang tinggi pada orang lain sehingga menumbuhkan sikap tidak mandiri. Ketergantungan suatu Negara terhadap Negara lain merupakan dampak ketidakmandirian penduduk di suatu Negara. Salah satu upaya untuk membentuk kemandirian masyarakat suatu bangsa adalah dengan ahli teknologi, berusaha menguasai teknologi dari Negara maju, sehingga sejajar dengan Negara maju.

Demikianlah Artkel Tentang Faktor Penghambat Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi. Semoga bermanfaat.

Baca juga artikel sebelumnya : Artikel Tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

Artikel Tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

Artikel Tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi – Hai Sahabat, Kali ini kita akan membahas tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Yuk, langsung dibaca :

Artikel Tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Artikel Tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi


Perkembangan kebudayaan masyarakat di bidang teknollgi tidak lepas dari adanya upaya penyebaranluasan teknologi dalammbentuk pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masyarakat yang satu atau bangsa yang satu ke masyarakat atau bangsa yang lain. Pada masyarakat tradisional, proses pewarsan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan secara tertutup melalui jalur keturunan atau keluarga. Dengan demikian, penyebaluasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasa masyarakat tradisional cenderung terbatas. Oleh karena itu, dalam kehidupan masyarakat tradisional kemampuan penguasaan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) hanya dimiliki oleh kalangan keluarga tertentu secara turun temurun. Sebagai contoh, kemampuan mengobati yang dimiliki oleh seseorang diperoleh karena warisan dari orang tua.

Proses pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan masyarakat modern dilakukan secara terbuka melalui jalur pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun oleh masyarakat. Oleh karena itu, penyebaluasan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih cepat dan setiap orang dari berbagai suku bangsa atau kelompok masyarakat mempunyai peluang yang sama untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Secara umum, proses pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi (transmission of science dan technology) berlangsung sepanjang masa dari generasi ke generasi secara berkesinambungan, selama masyarakat pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi masih ada. Proses pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan masyarakat melalui sarana sebagai berikut :

1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seseorang. Dalam lingkungan keluarga, seorang individu mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, seorang anak memahami pengetahuann tentang pentingnya menjaga kebersihan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari proses pembiasaan hidup bersih yang diterapkan orantua kepda anak-anknya. Seoarn ayah yang memiliki keahlian membuat anyaman rotan mengajarkan kepada anaknya tentang bagaimana menganyam rotan yang benar, sehingga kelak setelah dewasa mampu menguasai keahlian yang sama seperti yang dikuasai oleh ayahnya. Pendek kata hal yang banyak dikuasai berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang diperoleh dari lingkungan keluarga.

Artikel Tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Artikel Tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi


2. Masyarakat
Dalam proses sosialisasi, seseorang dari lingkugan keluarga akan masuk ke kancah pergaulan yang lebih luas, yakni masyarakat. Di tengah masyarakat banyak pengetahuan dan teknologi yag dapat digali yang tidak ditemukan dalam keluarga. Pengetahuan yang berkaitan dengan pergaulan dan hidup bersama orang lain dengan berbagai karakter, hanya dijumpai di tengah kehidupan masarakat. Melalui lingkungan masyarakat, kepribadian anak yang berkaitan dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam keluarga dengan di tengah masyarakat menjadikan anak tumbuh dewasa, mandiri dan mampu bertanggung jawab baik kepada dirinya, keluarga, maupun kepada masyarakat luas.

Berkaitan dengan proses pewrisan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat berperan besar dalam mengupayakan kelangsungan proses alih teknologi. Pola kebudayaan masyarakat yang terbuka sangat memengaruhi berlansungnya proses pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebaliknya, pola kebudayaan masyarakat yang cenderung terutup, dan menaruh kecurigaan terhadap hal-hal yang baru, serta sikap masyarakat yang etnosentrisme, yakni sikap memandang rendah kebudayaan lain merupaakan faktor penghambat keberlansungan proses ahli teknologi.

Sejarah membuktikan bahwa kemajuan jepang dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berawal sejak restorasi meiji pada tahun 1850. Pada saat jepang yang semula tertutup bagi bangsa asing membuka diri dan menerima pengaruh asing dalam kehidupan masyarakat, hal itu termasuk proses alih teknologi. Akhirnya, jepang menjadi salah satu Negara di Asia yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup tinggi.

Peran serta masyarakat dalam pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat kita temukan dalam bentuk berikut ini :
a. Menjamurnya lembaga kursus keterampilan di bidang penguasaan bahasa asing dan teknologi yang diselenggarakan masyarakat telah membuka kesempatan bagi masyarakat luas untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan nonformal.
b. Tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan yang tampa pada banyaknya animo masyarakat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

3. Organisasi sosial
Di tengah kehdiupan masyarakat tumbuh berbagai macam organisasi sosial dalam bentuk lembaga sosila. Lembaga sosial berperan penting daam proses pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai berikut:

a. Sekolah
Sekolah merupakan salah satu sarana sosialisasi yang paling efektif bagi seorang individu. Melalui sekolah seseorang akan belajar mengenal berbagai pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal hidupnya kelak. Melalui sekolah terjadilah proses pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi secara formal dan dibakukan dengan tingkat perkembangan anak.

b. Perkumpulan atau asosiasi
Perkumpulan atau asosiasi adalah kesatuan dari sekelompok individu yang terikat satu sama lain oleh suatu aturan untuk mencapai suatu kepentingan bersama. Kepentingan tersebut berkaitan dengan bidang tertentu yang menjadi tujuan dari dibentuknya perkumpulan tersebut. Proses pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berlangnsung dalam suatu asosiasi atau perkumpulan yang berkaitan erat dengan pengetahuan dan teknologi tertentu. Sebagia contoh perkumpulan sepak bola. Dalam perkumpulan tersebut seseorang akan memperoleh pengetahuan yang tepat dalam bermain bola danmampu menguasai tenik bermain bola yang baik.

c. Lembaga-lembaga keterampilan
Lembaga-lembaga keterampilan merupakan jalur pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Berbagai bentuk kursus keterampilan didirikan untuk mempercepat proses pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui jejang nonformal. Balai latihan kerja (BLK) yang dibentuk oleh Departemen Tenaga kerja, merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menyediakan sarana dan prasarana bagi masyarakat dalam rangka pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam bidang keterampilan.

4.  Media Massa
Media massa baik media cetak maupun elektronik, turut ambil bagian dalam proses pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknolgi informasi yang begitu pesat pada awal abad ke 21 membuka peluang yang amat lebar bagi segenap manusia untuk mengenal dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara cepat, mudah dan murah. Misalnya melalui internet, seseorang dapat mengakses berbagai informasi dan pengetahuan dari berbagai tempat di dunia secara langsung dan cukup di rumah atau tanpa banyak mengeluarkan biaya. Demikian halnya melalui surat kabar masyarakat dapat memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Demikian artikel tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi. Semoga Bermanfaat

Baca juga artikel sebelumnya : Pengaruh Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Terhadap Perkembangan Kebudayaan

Tag : Artikel Tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Artikel Tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Artikel Tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Artikel Tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Artikel Tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Artikel Tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Artikel Tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Artikel Tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Artikel Tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Artikel Tentang Pewarisan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

Baca Juga

  • 4 Pilihan Dalam Berkehidupan - 4 pilihan dalam berkehidupan :Ada 4 Pilihan dalam berkehidupan, kamu bisa pilih salah satunya, atau lebih dari itu :1. Dengan kedudukan Jadilah yang paling...
    1 minggu yang lalu

Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam)

Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam) – Hai sahabat, kali ini kita akan membahas tentang A...