Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga
Masyarakat Pertanian Di Indonesia – Hai Sahabat, Kali ini kita akan membahas
tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian
Di Indonesia. Yuk dibaca :
Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia |
1. Hidup Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Kehidupan masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan masih
sangat sederhana. Mereka memenuhi segala kebutuhan hidupnya dari berburu dan
mengumpulkan makanan. Mereka memakan makanan yang disediakan oleh alam. Makanan
diperoleh dengan cara berburu, mengumpulkan buah-buahan, ubi-ubian, dan
menangkap ikan. Mereka hidiup dalam kelompok-kelompok kecil (bergerombol) agar
mampu menghadapi segala macam tantangan atau ancaman.
Manusia purba telah pandai memilih tempat-tempat tinggalnya, serpti di
tepi sungai, di tepi danau ataupun di pantai. Ada juga yang tinggal di dalam
goa-goa atau ceruk-ceruk batu : maka tempat tinggal mereka tidak menetap. Di
tepi sungai atau danau banyak terdapat ikan dan binatang lain yang menjadi
buruan mereka dan dapat mereka makan. Ada yang hidup di tepi pantai karena
pantai banyak terdapat sumber makanan. Demikian juga yang tinggal di gua-gua,
di daerah sekitarnya pastilah daerah yang cukup memberikan makanan, sehingga
mereka bisa bertahan untuk hidup. Masa inilah yang disebut dengan masa food
gathering (Mencari dan mengumpulkan makanan) dengan sistem hidup
berpindah-pindah (nomaden).
Manusia purba secara sederhana telah menghasilkan kebudayaan, sebab
budaya hasil copta, rasa dan karsa manusia. Mereka berhasil menciptakan
alat-alat untuk menangkap binatang buruan, menguliti binatang buruan, mengorek
ubi-ubian, mengail ikan dan sebgainya. Bahan pembuat alat-alat didapat dari
alam sekitarnya, seperti batu, kayu, tulang, tanduk binatang dan sebgainya.
Dalam proses kehidupan yang cukup lama, manusia pras sejarah mengalami
perkembangan meskipun sanat lamban, yaitu ada yang telah mengenal tempat
tinggal sementara (semi sedenter), misalnya di pantai atau di gua-gua.
Sisa-sisa peninggalan hidup tempat tinggal sementara dari zaman Mesolitikum ini
disebut Kyokkemoddinger (sampah daur) dan abris sous roche (gua sebagai tempat
tinggal). Alat-alat kehidupan merekapun makin berkembang, seperti chooper
(kapak perimbas = pebble = kapak sumatera), chopping tool (kapak penetak), anak
panah, flake, alat-alat dari tulang dan tanduk rusa, dan sebagainya.
Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia |
2. Hidup menetap dan bercocok tanam
Hidup menetap dan bercocok tanam ada pada zaman Neolitikum, dimana
manusia purba benar-benar telah memiliki kemampuan penalaran yang tinggi,
terbukti dari hasil kebudayaan yang semakin halus dan sempurna. Hasil budayanya
yang berupa alat-alat kehidupan serhari-hari seperti kapak persegi, beliung
persegi, tarah dan anak panah serta perhiasan telah dibuat dan diasah dengan
halus dan bentuknya seperti yang ada sekarang.
Kapak persegi antara lain untuk memotong daging binatang hasil
buruannya, menebang pohon dan membuat perahu. Beliung persegi atau cangkul
berfungsi untukmengerjakan ladang atau sawah sedangkan tarah atau pahat untuk
mengukir/memahat kayu. Anak panah untuk memanah binatang buruan. Sedangkan
perhiasan yang dibuat dari masa menetap dan bercocok tanam ini umumnya terbuat
dari batu, tembikar dan kulit kerang. Bahkan telah mengenal pakaian yang
terbuat dari kayu atau kerang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa selain
membuat peralatan dan perhiasan, manusia dari zaman hidup menetap dan berocok
tanam ini telah mengenal pakaian.
Oleh karena itu sudah bercocok tanam, maka dapat dipastikan mereka sudah
hidup menetap. Mereka sudah dapat menyimpan hasil panennya untuk waktu yang
cukup lama, demikian juga telah beternak dari hasil buruannya ; yang berarti
telah memproduksi ternak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada zaman
neolitikum ini telah terjadi perubahan-perubahan besar, suatu revolusi
kehidupan manusia, yakni perubahan dari pola hidup berpindah-pindah dan
tergantung pada penyediaan alam ke kehidupan menetap, bertani, beternak dan
berproduksi.
Revolusi kehidupan manusia dari food gathering ke food producing dapat
dibuktikan dengana danya beberapa hal yang dikemukakan oleh Dr. Brandes,
seorang ahli purbakala, yang mengemukakan bahwa sebelum kedatangan pengatuh hindu-Budha,
telah terdapat 10 unsur pokok dalam kehidupan asli masyarakat indonesia.
a. Kemampuan berlayar
Pembawa kebudayaan Neolitikum masuk ke indonesa ialah ras bangsa
Austronesia yang menjadi nenek moyang bangsa indonesia. Mereka datang ke
indonesia dengan menggunakan perahu bercadik. Kemampuan berlayar disertai
dengan pengetahuan astronomi, yakni pengetahuan tentang perbintangan. Satu ciri
perahu bangsa indonesia adalah penggunaa cadik, yaitu alat dari bamboo dan kayu
yang dipasang di kanan-kiri perahu agar tidak mudah olehh.
b. Mengenal astronomi
Pengetahuan astronomi memang diperlukan untuk pelayaran pada malam hari.
Oleh karena itu, mereka berlayar pada malam hari. Untuk pelayaran, mereka
menggunakan rasi bintang pari (sebutan para nelayan) atau bintang gubug penceng
(sebutan orang jawa). Bintang-bintang juga diperlukan untuk mengenal atau
mengetahui datangnya musim bagi keperluan pertanian. Bintang beruang besar
disebut bintang waluku, yang berarti bintang bajak.
c. Kepandaian bersawah
Sejak zaman Neolitikum bangsa indonesia telah bertempat tinggal tetap.
Kehidupan mereka demikian mendorong mereka untuk hidiup sebagai food producing.
Dalam bidang pertanian pada awalnya dilakukan dengan sistem ladang, tetapi
untuk lebih meningkatkan hasil pertanian digunakan sistem sawa. Untuk itu tata
pengaturan air sudah dilakukan dengan membuat saluran atau bendungan.
d. Mengatur masyarakat
Dengan kehidupan berkelompok yang sudah menetap, maka perlu diadakan
aturan masyarakat. Dari desa-desa kuno di Indonesia dapat diketahui bahwa salah
satu atauran yang dikenal adalah adanya kehidupan yang demokratis. Seseorang
yang dianggap mempunyaikemampuan lebih dan dapat melindungi masyarakat terhadap
gangguan baik dari dalam maupun dari luar serta dapat mengatur masyarakat dengan
baik ; dipilih menjadi pemimpin. Apabila pemimpin meninggal maka makmnya dipuja
oleh penduduk daerah tersebut.
e. Aktvitas Perdagangan
Barang-barang kehidupan yang dibuat di rumah atau hasil panen mereka
banyak, tetapi ada beberpaa kebutuhan yang tidak dapat mereka penuhi atau
mereka tanam ; maka mereka tukar menukar barang. Dengan demikian terjadilah
perdagangan.
f. Kesenian wayang
Dalam kehidupan yang telah menetap dan teratur dapat diciptakan
kesenian-kesenian yang lebih tinggi nilainya ; diantaranya ialah kesenian
wayang yang berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang. Boneka=boneka perwujudan
roh nenek moyang, dimainkan oleh dalang pada malam hari. Dengan menempatkan
lampu di belakang dan tirai di depannya, anak cucu menyaksikan bayangan itu
daribalik tirai. Roh nenek moyang yang masuk pada dalang menyuarakan suara
nenek moyang yang berisi naehat-nasehat kepada anak cucu. Kata bayang dalam
bahasa indonesia, menjadi wayang dalam bahasa jawa. Setelah pengaruh hindu
masuk, nasihat dan kisah nenek moyang tersebut diganti kisah dengan cerita dari
Mahabrata dan Ramayana yang lebih menarik. Fungsinya sebagai pertunjukan,
sehingga penonton melihatnya dari depan tirai.
Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan
Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia
g. Seni batik
Batik merupakan kerajinan membuat gambar pada kain dengan alat yang
disebut canting. Lilin yang dicairkan disendok dengan canting dan melalui ujung
canting itu keluarlah lilin yang dititik-titikkan pada kain. Dari titik-titik
itu diperoleh gambaran pada kain. Bagian kain yang tidak diberi lilin akan
menjadi emrah bila kain itu dicelupkan ke dalam air soga. Kemudia ada bagian
yang dihilangkan dan akan menjadi biru bila kain itu direndam dalam air nila.
Akhirnya bila kain itu dimasukkan dalam air panas maka sisa lilin akan larut,
sehingga diperoleh warna putih, biru dan merah mudah. Untuk mempercepat
gambaran pada kain digunakan cap sebagai alat.
h. Seni gamelan
Agar pertunjukan wayang dapat dimainkan, maka perlu dibantu oleh gamelan
sebagai alat music. Beberapa alat gamelan adalah gong, boning, gambang, rebab,
saron dan gendang.
i. Sistem macapat
Macapat artinya tatacara yang didasarkan pada jumlah empat, dengan pusat
terletak di tengah. Pusat pemerintahan letaknya di tengah wilayah yang dikuasai.
Di pusat yang demikian terdapat alun-alun atau tanah lapang. Di Empat penjuru
alun-alun itu terdapat bangunan-bangunan yang penting seperti kraton, tempat
pemujaan, pasar dan penjara. Susunan demikian masih banyak dijumpai di
kota-kota lama.
j. Membuat kerajinan
Dengan adanya waktu luang saat menunggu hasil panen, ada upaya untuk
membuat kerajinan tangan, misalnya gerabah, manic-manik, pakaian dari kulit
kayu/kerang, anyaman dan perhiasan. Bahkan pada zaman logam usaha kerajinan
perundagian makin berkembang.
3. Ciri-ciri dan Perkembangan kehidupan masyarakat
a.Masa berburu dan Berpindah-pindah
Kehidupan masyarakat berburu dan berpindah-pindah mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Manusia hidup berkelompok dan tempat tinggal mereka berpindah-pindah
dari tempat yang satu ke tempat yang lain (nomaden) seiring dengan usaha
memenuhi kebutuhan hidupnya
2. Mereka belum mengenal bercocok tanam
3. Kebutuahan makanan mereka tergantung pada alam, serhingga cara mereka
mencari makan disebut dengan nama food gathering (mengumpulkan makanan) dan
berburu.
4. Alat-alat kebutuhan mereka dibuat dari batu yang belum dihaluskan
(masih sangat kasar)
b. Masa bercocok tanam dan menetap
Kehidupan masyarakat masa bercocok tanam dan menetap memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Kehidupan mereka sudah mempunyai tempat tinggal yang menetap secara
mantap.
2. mereka sudah mengenal bercocok tanam dengan baik.
3. Mereka sudah mampu mengolah bahan makanan sendiri sesuai dengan
kebutuhan mereka atau disebut dengan menghasilkan makanan (food producing).
Mereka disamping berburu dan menangkap ikan juga telah memelihara
binatang-binatang jinak, seperti anjing, babi dan kerbau. Binatang-binatang itu
bukan saja dipelihara untuk keperluan konsumsi tetapi juga untuk dapat dipakai
sebagai binatang korban.
4. Alat-alat yangdibuat dari batu lebih halus dan macamnya lebih banyak.
Seperti kapak, tombak, panah dan lain-lain. Bahkan mereka telah berhasil
membuat perhiasan dari gelang-gelang dan biji-biji kalung dari batu.
5. Peradaban mereka sudah lebih maju dan membuat alat-alat rumah tangga
yang lebih baik serta telah mengenal seni.
Demikianlah Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu
hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia. Semoga bermanfaat.
Baca juga artikel sebelumnya : Artikel Tentang Pengertian Etnografi dan Studi Etnografi
Tag : Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesiam Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesiam Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia, Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia, Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia, Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia, Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia, Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia, Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia, Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar