Artikel Tentang
Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam) – Hai
sahabat, kali ini kita akan membahas tentang Artikel Hasil budaya manusia purba
dalam sejarah. Langsung dibaca yuk :
Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam) |
Kehidupan manusia masa lampau tidak terlepas dari tingkat peradabannya.
Tingkat peradaban manusia membawa akibat kehidupannya terpecah menjadi dua babakan
yang dikenal dengan istilah : zaman pra aksara (zama pra sejarah) dan zaman
aksara (Sejarah. Zaman pra aksara : (pra= sebelum) aatau zaman nirlika
(nir=hilang). Likha atau aksara = tulisan). Jadi, zaman pra aksara atau pra
sejarah berarti zaman sebelum ada peninggalan tertulis. Dengan kata lain, suatu
masa kehidupan manusa yang belum terdapat keterangan-keterangan yang berupa
tulisan. Yang menjadi sumbernya adalah hasil budaya yang mereka tinggalkan.
Biasanya barang-barang yang tahan lama yang kita dapati. Sedangkan zaman aksra
atau zaman sejarah adalah suatu zaman dimana bangsa tersebut telah meninggalkan
tulisan. Dengan kata lain, suatu zaman dari kehidupan manusia yang sudah
terdapat keterangan-keterangan dalam bentuk tulisan.
Demikian juga kita bangsa indonesia yang secara utuh memiliki dua zaman
tersebut. Seperti halnya bangsa-bangsa lain di dunia, di Indonesia pun
penyelidikan zaman pra Aksara atau pra sejarah lebih banyak dilakukan dengan
menganalisis peninggalan-peninggalannya dengan penuh ketelitian. Dengan
demikian, diharapkan memeroleh hasil yang optimal dan memeroleh jawan yang
tepat tentang zaman pra sejarah. Sedangkan untuk zaman yang kedua, yakni zaman
aksara atau zaman sejarah penyelidikanya lebih mudah, karena zaman telah
memiliki sumber-sumber tertulis.
Berdasarkan hasil penelitian oleh para ahli, zaman pra sejarah dapat
dibedak atas beberap kurun waktu sesuai dengan tingkat peradabannya (budayany).
Secara garis besar zaman pra sejarah dibagi menjadi dua zaman, yakni szaman
batu dan zaman logam
1. Zaman Batu
Zaman batu adalah zuatu zaman dimana alat-alat penunjang kehidupan
manusia sebagian besar terbuat dari batu. Zaman batu dibagi menjadi tiga zaman,
yakni :
a. Zaman Batu tua (Paleolitikum)
Disebut zaman batu tua karena alat-alat kebudayaan yang dihasilkan masih
sangat kasar. Kebudayaan Pelolitikum di Indonesia ditemukan di daerah paciran
dan ngandong, maka sering disebut kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong.
1. Kebudayaan Pacitan
Alat-alat kebudayaan Pacitan ditemukan oleh Von Konigswald pada tahun
1935. Di daerah pacitan banyak ditemukan alat-alat dari batu yang masih sangat
kasar. Alat-alat tersebut berbentuk kapak, yakni kapak perimbas, karena tidak
memakai tangkai maka disebut kapak Genggam. Alat budaya pacitan diperkirakan dari
lapisan pleistosen tengah (lapisan trinil); sedangkan pendukung kebudayaan
tersebut ialah Pithecantropus Erectus.
Kapak genggam selain ditemukan di Pacitan, juga ditemukan di Sukabumi
dan Ciamis (Jawa barat), Parigi dan Gombong (Jawa tengah), Bengkulu dan Lahat
(Sumatera selatan), Awangbangkal (Kalimantan selatan) dan Cabenge (Sulawesi
selatan), flores, dan Timor.
Selain kapak genggam, juga dikenal dengan jenis lain, yakni alat serpih
(Flake). Alat serpih ini digunakan untuk menguliti binatang buruan, mengiris
daging dan memotong ubi-ubian (seperti pisau pada masa sekarang). Alat ini
banyak ditemukan di jawa, Sulawesi selatan, sumatera selatan, dan Timor.
Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba
Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam)
Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam) |
2. Kebudayaan Ngandong
Di sekitar daerah ngandong dan Sidorejo (dekat ngawi, madiun, jawa
timur) didapatkan banyak alat-alat dari tulang di samping kapak-kapa genggam
dari batu. Alat-alat kebudayaan ngandong ditemukan oleh Von Koenigswald pada
tahun 1941 dan yang banyak ditemukan alat-alat dari tulang (semacam alat
penusuk = belati), dan tanduk rusa terutama di gua sampung. Rupa-rupanya alat
ini untuk menorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Ada juga alat-alat seperti
ujung tombak dengan gigi-gigi pada sisinya, yang mungkin dipergunakan untuk
menangkap ikan. Jenis alat ini ditemukan di lapisan pleistosen atas ; sedangkan
pendukung kebudayaan Ngandong adalah jenis manusia purba Homo Solensis dan Homo
Wajakensis.
Di Ngandong juga ditemukan alat-alat kecil yang dinamakan “flakes” yang
terbuat dari batuh indah, seperti chlcedon. Demikian ppula di cabange, Sulawesi
selatan banyak ditemukan flakes.
Dari hasil temuan yang menghasilkan ribuat alat Paleolitikum tersebut,
dapat diketahui sedikit tentang penggunaanya, demikian pula tentang
penghidupannya. Alat-alat itu digunakan untuk berburu, menangkap ikan dan
mengumpulkankeladi, ubi, buah-buahan dan lain-lain. Alat-alat tersebut jelas
tidak dapat dipergunakan untuk bercocok tanam. Maka kesimpulan kita ialah bahwa
penghidupan manusia paleolitikum adalah mengembara dari satu tempat ke tempat
lain. Mereka tidak bertempat tinggal menetap, melainkan berpindah-pindah
tergantung kepada binatang-binatang buruannya dan hasil-hasil tanah di
sekitarnya. Cara penghidupan mengumpulkan makanan sebagaimana terdapatnya di
alam dinamakan “food gathering.”
b. Zaman Batu Madya (Mesolitikum)
Sesuai dengan perkembangan penalarannya, zaman mesolitikum ditandai
dengan adanya kebudayaan kyokkenmodinger dan kebudayaan abris sous roche.
1. Kyokkenmoddinger
Suatu corak istimewa dari zaman Mesolitikum Indonesia ialah adanya
peninggalan-peninggalan yang disebut dalam bahasa Denmark “Kyokkenmoddinger”.
(Kyokken= dapur, Modding = sampah, jadi Kyokkenmoddinger artinya sampah dapur.)
Sampah dapur tersebut dapat ditemukan di sepanjang pantai Sumatera timur laut,
diantara langsa (Aceh) – medan; yaitu berupa bukit atau tumpukan kerang dan
siput yang tinggi dan panjang yang telah menjadi fosil.
Bekas-bekas itu menunjukkan telah adanya penduduk pantai yang tinggal
dalm rumah-rumah bertonggak. Hidupnya terutama dari siput dan kerang.
Siput-siput itu dipatahkan ujungnya, kemudian dihisap isinya dari bagian
kepalanya. Kulit-kulit siput dan kerag itu dibuang selama waktu yang
bertahun-tahun,mungkin ratusan atau ribuan tahun, akhrinya menjelmakan bukit
kerang yang hingga beberapa meter tingginya dan luasnya (ada yang sampai tujuh
meter). Bukit-bukit itulah yang dinamakan kyokkenomddinger.
Dari hasil penyelidikan Dr. P.V. Van Stein Callenfels (Pelopor ilmu pra
sejarah Indonesia dan biasa dikenal sebagai “Bapak prasejarah indonesia”) tahun
1925, dapat diketahui bahwa bukit-bukit keran dan siput tersebut adalah bekas
sisa-sisa makanan dari masyarakat yang hidup di tepi pantai. Di tempat yang
sama ditemukan pula jenis kapak genggam (chooper) yang diberi nama pebble
(kapak sumatera) yang berbeda dengan kapak genggam zaman Paleolitikum
(chopper). Pebble ini dibuat dari batu kali yang dipecah atau dibelah. Sisi
luarnya yang memang sudah halus dibiarkan, sedangkan sisi dalamnya (tempat belah)
diekerjakan lebih lanjut, sesuai dengan keperluannya. Di samping itu juga
terdapat kapak pendek (hanche courte). Bentuknya kira-kira setengah lingkaran
dan seperti kapak genggam juga, dibuatnya dengan memukuli dan memecahkan batu,
serta tidak diasah. Ssi tajamnya terdapat pada sisi yang melengkung.
Kecuali kapak-kapak tersebut, dari bukit kerang juga ditemukan batu
penggiling (pipisan) dan landasannya. Pipisan ini rupanya tidak hanya untuk
menggiling makanan, tetapi juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah
sebagaimana ternyata terlihat dari bekas-bekasnya. Untuk apa cat mereah
dipergunakan, belum dapat dinyatakan dengan pasti. Mungkin sekali pemakaiannya
berhubungan dengan keagamaan, yakni dengan ilmu sihir. Maka cat merah diulaskan
pada badan, sebagaimana masih menjadi kebiasaan berbagai suku bangsa, mempunyai
maksud agar tambah kekuatannya dan tambah tenaganya. Pendukung kebudayaan
kyokkenmoddinger ialah ras papua Melanesia.
Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba
Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam)
C. Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Kebudayaan Neolitikum adalah kebudayaan batu baru, ciri-cirinya
alat-alatnya sudah dibuat dengan baik, diasah (diupam) dan halus. Masa ini
meruapkan masa bercocok tanam di Indonesia yang bersamaan dengan berkembangnya
kemahiran mengasah (mengupam) alat-alat batu serta mulai dikenalnya teknologi
pembuatan tembikar. Dengan demikian, masa ini telah membawa perubahan besar
dalam kehidupan manusia, yakni perubahan dari kehidupan food garhering menjadi
food producing. Hasil kebudayaan Neolitikum, diantara ialah kapak persegi,
kapak lonjong, alat serpih, gerabah dan perhiasan.
1. Kapak persegi
Nama kapak persegi itu berasal dari Von Heine Geldern, berdasarkan
kepada penampang alat-alatnya, yang berupa persegi panjang atau juga berbentuk
trapezium. Kapak persegi kebanyakan terbuat dari batu api yang keras atau
chalsedon, bentuknya persegi panjang atau trapezium. Ada berbagai ukuran yang
besar ialah beliung atau cangkul untuk mengerjakan sawah, sedangkan yang kecil
ialah tarah untuk mengerjakan kayu. Pemakaianya tidak lagi digenggam, melainkan
mempergunakan tangkai kayu serhingga memberikan kekuatan yang lebih besar.
Daerah penemuan kapak persegi pada umumnya di Indonesia bagian baraat,
serperti di Lahat, Palembang, Bogor, sukabumi, karawang, tasikmalaya dan
pacitan. Sebab, penyebaran kapak persegi dari daratan Asia ke indonesia melalui
jalur barat (Sumatra-Jawa-Bali-Nusa Tenggara-Sulawesi). Adapun pusat
pembuatannya antara lain di Lahat, Palembang, Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya dan
Pacitan.
Jenis lain dari kapak persegi yang ada di daratan Asia (Jepang,
Filipina) tetapi tidak ada di Indonesia ialah kapak pahu.
2. Kapak Lonjong
Nama kapak lonjong didasarkan pada penampang alangnya yang berbentuk
lonjong, dan bentuk kapaknya yang berbentuk telur. Ujungnya yang runcing untuk
tangkai dan ujung lainnya yang bulat diasah hingga tajam.
Ada dua macam kapak lonjong, yaitu Walzebeil (yang besar) yang banyak
ditemukan di Irian sehingga sering dinamakan Neolitikum Papua dan Kleinbeil (yang
kecil) banyak ditemukan di kepulauan Tanimbar dan Seram.
Sampai abad ke-20, kapak lonjong masih digunakan di Irian jaya terutama
di daerah terpencil dan terasing. Di Luar Indonesia kapak lonjong banyak
ditemukan di Birma, Cina, dan jepang, serhingga dapat diperkirakan penyebaran
kapak Lonjong melalui Indonesia Timur, yaitu daratan asia-jepang-philipina,
minahasa-Irian jaya.
Dari zaman Neolitikum selain ditemukan jenis-jenis kapak, juga ditemukan
alat-alat perhiasan seperti gelang, kalung, manic-manik dan batu akik. Di
samping itu juga telah pandai membuat tembikar (periuk belanga).
3. Alat serpih
Alat serpih dibuat dengan cara memukul bongkahan batu menjadi
pecahan-pecahan ecil yang berbentuk segi tiga, trapezium, atau setengah bulat.
Alat ini tidak dikerjakan lebih lanjut dan digunakan untuk alat pemotong, gurdi
atau penusuk. Alat serpih ada yang dikerjakan lagi menjadi mata panah dan ujung
tombak.
4. Gerabah
Di Zaman bercocok tanam, manusia sudah dapat membuat benda-benda dari
tanah liat yang dibakar yang disebut tembikar atau gerabah. Hanya pembuatannya
sangat sederhana. Gerabah hanya dibuat dengan tangan tanpa bantua Roda pemutar
seperti sekarang. Jenis benda yang dibuat dari tanah liat antara lain kendi,
mangkuk, periuk belanga dan manic-manik.
5. Perhiasan
Perhiasan di zaman bercocok tanam umumnya terbuat dari batu, tembikar
dan kulit kerang. Di Indonesia, perhiasan banyak ditemukan di daerah Jawa Barat
dan Jawa Tengah. Jenis perhiasan itu antara lain gelang, kalung, manic-manik
dan anting-anting.
2. Zaman Logam
Disebut zaman logam karena alat-alat penunjang kehidupan manusia
sebagian besar terbuat dari logam. Berdasarkan temuan barang-barang dari logam
diperkirakan pada masa itu telah terjadi hubungan dagang angara bangsa
indonesia dengan bangsa-bangsa Asia (Asia tenggara) yang telah menjadi logam.
Selanjutnya untuk zaman logam akan dibicarakan dalam perkembangan teknologi.
Dari uraian di atas maka secara skematis pembabakan zaman adalah sebagai
berikut :
a. zaman masa pra Aksara
1. Zaman Batu :
- Zaman batu tua (Palelitikum)
- Zamaan Batu madya (Mesolitikum)
- Zaman batu muda (Neolitikum)
- Zaman Batu Besar (Megalitikum)
2. Zaman logam :
- Zaman Tembaga
- Zaman perunggu
- Zaman Besi
b. Zaman Aksara
Zaman aksara adalah zaman manusia belum mengenal tulisan ; sedangkan
zaman aksara adalah zaman manusia sudah mengenal tulisan. Indonesia memasuki
zaman sejarah pada abad ke-4 dengan bukti ditemukan 7 buah yupa di Kerajaan
Kutai, Kalimantan timur.
Demikianlah Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah
(Zaman Batu dan Zaman Logam). Semoga Bermanfaat.
Baca juga artikel sebelumnya : Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar