https://shope.ee/6Kb2s7Y65L

Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam)

Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam) – Hai sahabat, kali ini kita akan membahas tentang Artikel Hasil budaya manusia purba dalam sejarah. Langsung dibaca yuk :

Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam)
Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam)


Kehidupan manusia masa lampau tidak terlepas dari tingkat peradabannya. Tingkat peradaban manusia membawa akibat kehidupannya terpecah menjadi dua babakan yang dikenal dengan istilah : zaman pra aksara (zama pra sejarah) dan zaman aksara (Sejarah. Zaman pra aksara : (pra= sebelum) aatau zaman nirlika (nir=hilang). Likha atau aksara = tulisan). Jadi, zaman pra aksara atau pra sejarah berarti zaman sebelum ada peninggalan tertulis. Dengan kata lain, suatu masa kehidupan manusa yang belum terdapat keterangan-keterangan yang berupa tulisan. Yang menjadi sumbernya adalah hasil budaya yang mereka tinggalkan. Biasanya barang-barang yang tahan lama yang kita dapati. Sedangkan zaman aksra atau zaman sejarah adalah suatu zaman dimana bangsa tersebut telah meninggalkan tulisan. Dengan kata lain, suatu zaman dari kehidupan manusia yang sudah terdapat keterangan-keterangan dalam bentuk tulisan.

Demikian juga kita bangsa indonesia yang secara utuh memiliki dua zaman tersebut. Seperti halnya bangsa-bangsa lain di dunia, di Indonesia pun penyelidikan zaman pra Aksara atau pra sejarah lebih banyak dilakukan dengan menganalisis peninggalan-peninggalannya dengan penuh ketelitian. Dengan demikian, diharapkan memeroleh hasil yang optimal dan memeroleh jawan yang tepat tentang zaman pra sejarah. Sedangkan untuk zaman yang kedua, yakni zaman aksara atau zaman sejarah penyelidikanya lebih mudah, karena zaman telah memiliki sumber-sumber tertulis.

Berdasarkan hasil penelitian oleh para ahli, zaman pra sejarah dapat dibedak atas beberap kurun waktu sesuai dengan tingkat peradabannya (budayany). Secara garis besar zaman pra sejarah dibagi menjadi dua zaman, yakni szaman batu dan zaman logam

1. Zaman Batu
Zaman batu adalah zuatu zaman dimana alat-alat penunjang kehidupan manusia sebagian besar terbuat dari batu. Zaman batu dibagi menjadi tiga zaman, yakni :

a. Zaman Batu tua (Paleolitikum)
Disebut zaman batu tua karena alat-alat kebudayaan yang dihasilkan masih sangat kasar. Kebudayaan Pelolitikum di Indonesia ditemukan di daerah paciran dan ngandong, maka sering disebut kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong.

1. Kebudayaan Pacitan
Alat-alat kebudayaan Pacitan ditemukan oleh Von Konigswald pada tahun 1935. Di daerah pacitan banyak ditemukan alat-alat dari batu yang masih sangat kasar. Alat-alat tersebut berbentuk kapak, yakni kapak perimbas, karena tidak memakai tangkai maka disebut kapak Genggam. Alat budaya pacitan diperkirakan dari lapisan pleistosen tengah (lapisan trinil); sedangkan pendukung kebudayaan tersebut ialah Pithecantropus Erectus.

Kapak genggam selain ditemukan di Pacitan, juga ditemukan di Sukabumi dan Ciamis (Jawa barat), Parigi dan Gombong (Jawa tengah), Bengkulu dan Lahat (Sumatera selatan), Awangbangkal (Kalimantan selatan) dan Cabenge (Sulawesi selatan), flores, dan Timor.
Selain kapak genggam, juga dikenal dengan jenis lain, yakni alat serpih (Flake). Alat serpih ini digunakan untuk menguliti binatang buruan, mengiris daging dan memotong ubi-ubian (seperti pisau pada masa sekarang). Alat ini banyak ditemukan di jawa, Sulawesi selatan, sumatera selatan, dan Timor.

Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam)

Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam)
Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam)


2. Kebudayaan Ngandong
Di sekitar daerah ngandong dan Sidorejo (dekat ngawi, madiun, jawa timur) didapatkan banyak alat-alat dari tulang di samping kapak-kapa genggam dari batu. Alat-alat kebudayaan ngandong ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1941 dan yang banyak ditemukan alat-alat dari tulang (semacam alat penusuk = belati), dan tanduk rusa terutama di gua sampung. Rupa-rupanya alat ini untuk menorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Ada juga alat-alat seperti ujung tombak dengan gigi-gigi pada sisinya, yang mungkin dipergunakan untuk menangkap ikan. Jenis alat ini ditemukan di lapisan pleistosen atas ; sedangkan pendukung kebudayaan Ngandong adalah jenis manusia purba Homo Solensis dan Homo Wajakensis.

Di Ngandong juga ditemukan alat-alat kecil yang dinamakan “flakes” yang terbuat dari batuh indah, seperti chlcedon. Demikian ppula di cabange, Sulawesi selatan banyak ditemukan flakes.

Dari hasil temuan yang menghasilkan ribuat alat Paleolitikum tersebut, dapat diketahui sedikit tentang penggunaanya, demikian pula tentang penghidupannya. Alat-alat itu digunakan untuk berburu, menangkap ikan dan mengumpulkankeladi, ubi, buah-buahan dan lain-lain. Alat-alat tersebut jelas tidak dapat dipergunakan untuk bercocok tanam. Maka kesimpulan kita ialah bahwa penghidupan manusia paleolitikum adalah mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Mereka tidak bertempat tinggal menetap, melainkan berpindah-pindah tergantung kepada binatang-binatang buruannya dan hasil-hasil tanah di sekitarnya. Cara penghidupan mengumpulkan makanan sebagaimana terdapatnya di alam dinamakan “food gathering.”

b. Zaman Batu Madya (Mesolitikum)
Sesuai dengan perkembangan penalarannya, zaman mesolitikum ditandai dengan adanya kebudayaan kyokkenmodinger dan kebudayaan abris sous roche.
1. Kyokkenmoddinger
Suatu corak istimewa dari zaman Mesolitikum Indonesia ialah adanya peninggalan-peninggalan yang disebut dalam bahasa Denmark “Kyokkenmoddinger”. (Kyokken= dapur, Modding = sampah, jadi Kyokkenmoddinger artinya sampah dapur.) Sampah dapur tersebut dapat ditemukan di sepanjang pantai Sumatera timur laut, diantara langsa (Aceh) – medan; yaitu berupa bukit atau tumpukan kerang dan siput yang tinggi dan panjang yang telah menjadi fosil.
Bekas-bekas itu menunjukkan telah adanya penduduk pantai yang tinggal dalm rumah-rumah bertonggak. Hidupnya terutama dari siput dan kerang. Siput-siput itu dipatahkan ujungnya, kemudian dihisap isinya dari bagian kepalanya. Kulit-kulit siput dan kerag itu dibuang selama waktu yang bertahun-tahun,mungkin ratusan atau ribuan tahun, akhrinya menjelmakan bukit kerang yang hingga beberapa meter tingginya dan luasnya (ada yang sampai tujuh meter). Bukit-bukit itulah yang dinamakan kyokkenomddinger.

Dari hasil penyelidikan Dr. P.V. Van Stein Callenfels (Pelopor ilmu pra sejarah Indonesia dan biasa dikenal sebagai “Bapak prasejarah indonesia”) tahun 1925, dapat diketahui bahwa bukit-bukit keran dan siput tersebut adalah bekas sisa-sisa makanan dari masyarakat yang hidup di tepi pantai. Di tempat yang sama ditemukan pula jenis kapak genggam (chooper) yang diberi nama pebble (kapak sumatera) yang berbeda dengan kapak genggam zaman Paleolitikum (chopper). Pebble ini dibuat dari batu kali yang dipecah atau dibelah. Sisi luarnya yang memang sudah halus dibiarkan, sedangkan sisi dalamnya (tempat belah) diekerjakan lebih lanjut, sesuai dengan keperluannya. Di samping itu juga terdapat kapak pendek (hanche courte). Bentuknya kira-kira setengah lingkaran dan seperti kapak genggam juga, dibuatnya dengan memukuli dan memecahkan batu, serta tidak diasah. Ssi tajamnya terdapat pada sisi yang melengkung.

Kecuali kapak-kapak tersebut, dari bukit kerang juga ditemukan batu penggiling (pipisan) dan landasannya. Pipisan ini rupanya tidak hanya untuk menggiling makanan, tetapi juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah sebagaimana ternyata terlihat dari bekas-bekasnya. Untuk apa cat mereah dipergunakan, belum dapat dinyatakan dengan pasti. Mungkin sekali pemakaiannya berhubungan dengan keagamaan, yakni dengan ilmu sihir. Maka cat merah diulaskan pada badan, sebagaimana masih menjadi kebiasaan berbagai suku bangsa, mempunyai maksud agar tambah kekuatannya dan tambah tenaganya. Pendukung kebudayaan kyokkenmoddinger ialah ras papua Melanesia.

Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam)

C. Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Kebudayaan Neolitikum adalah kebudayaan batu baru, ciri-cirinya alat-alatnya sudah dibuat dengan baik, diasah (diupam) dan halus. Masa ini meruapkan masa bercocok tanam di Indonesia yang bersamaan dengan berkembangnya kemahiran mengasah (mengupam) alat-alat batu serta mulai dikenalnya teknologi pembuatan tembikar. Dengan demikian, masa ini telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia, yakni perubahan dari kehidupan food garhering menjadi food producing. Hasil kebudayaan Neolitikum, diantara ialah kapak persegi, kapak lonjong, alat serpih, gerabah dan perhiasan.

1. Kapak persegi
Nama kapak persegi itu berasal dari Von Heine Geldern, berdasarkan kepada penampang alat-alatnya, yang berupa persegi panjang atau juga berbentuk trapezium. Kapak persegi kebanyakan terbuat dari batu api yang keras atau chalsedon, bentuknya persegi panjang atau trapezium. Ada berbagai ukuran yang besar ialah beliung atau cangkul untuk mengerjakan sawah, sedangkan yang kecil ialah tarah untuk mengerjakan kayu. Pemakaianya tidak lagi digenggam, melainkan mempergunakan tangkai kayu serhingga memberikan kekuatan yang lebih besar.

Daerah penemuan kapak persegi pada umumnya di Indonesia bagian baraat, serperti di Lahat, Palembang, Bogor, sukabumi, karawang, tasikmalaya dan pacitan. Sebab, penyebaran kapak persegi dari daratan Asia ke indonesia melalui jalur barat (Sumatra-Jawa-Bali-Nusa Tenggara-Sulawesi). Adapun pusat pembuatannya antara lain di Lahat, Palembang, Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya dan Pacitan.

Jenis lain dari kapak persegi yang ada di daratan Asia (Jepang, Filipina) tetapi tidak ada di Indonesia ialah kapak pahu.

2. Kapak Lonjong
Nama kapak lonjong didasarkan pada penampang alangnya yang berbentuk lonjong, dan bentuk kapaknya yang berbentuk telur. Ujungnya yang runcing untuk tangkai dan ujung lainnya yang bulat diasah hingga tajam.
Ada dua macam kapak lonjong, yaitu Walzebeil (yang besar) yang banyak ditemukan di Irian sehingga sering dinamakan Neolitikum Papua dan Kleinbeil (yang kecil) banyak ditemukan di kepulauan Tanimbar dan Seram.
Sampai abad ke-20, kapak lonjong masih digunakan di Irian jaya terutama di daerah terpencil dan terasing. Di Luar Indonesia kapak lonjong banyak ditemukan di Birma, Cina, dan jepang, serhingga dapat diperkirakan penyebaran kapak Lonjong melalui Indonesia Timur, yaitu daratan asia-jepang-philipina, minahasa-Irian jaya.
Dari zaman Neolitikum selain ditemukan jenis-jenis kapak, juga ditemukan alat-alat perhiasan seperti gelang, kalung, manic-manik dan batu akik. Di samping itu juga telah pandai membuat tembikar (periuk belanga).
3. Alat serpih
Alat serpih dibuat dengan cara memukul bongkahan batu menjadi pecahan-pecahan ecil yang berbentuk segi tiga, trapezium, atau setengah bulat. Alat ini tidak dikerjakan lebih lanjut dan digunakan untuk alat pemotong, gurdi atau penusuk. Alat serpih ada yang dikerjakan lagi menjadi mata panah dan ujung tombak.
4. Gerabah
Di Zaman bercocok tanam, manusia sudah dapat membuat benda-benda dari tanah liat yang dibakar yang disebut tembikar atau gerabah. Hanya pembuatannya sangat sederhana. Gerabah hanya dibuat dengan tangan tanpa bantua Roda pemutar seperti sekarang. Jenis benda yang dibuat dari tanah liat antara lain kendi, mangkuk, periuk belanga dan manic-manik.
5. Perhiasan
Perhiasan di zaman bercocok tanam umumnya terbuat dari batu, tembikar dan kulit kerang. Di Indonesia, perhiasan banyak ditemukan di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jenis perhiasan itu antara lain gelang, kalung, manic-manik dan anting-anting.

2. Zaman Logam
Disebut zaman logam karena alat-alat penunjang kehidupan manusia sebagian besar terbuat dari logam. Berdasarkan temuan barang-barang dari logam diperkirakan pada masa itu telah terjadi hubungan dagang angara bangsa indonesia dengan bangsa-bangsa Asia (Asia tenggara) yang telah menjadi logam. Selanjutnya untuk zaman logam akan dibicarakan dalam perkembangan teknologi.
Dari uraian di atas maka secara skematis pembabakan zaman adalah sebagai berikut :
a. zaman masa pra Aksara
1. Zaman Batu :
- Zaman batu tua (Palelitikum)
- Zamaan Batu madya (Mesolitikum)
- Zaman batu muda (Neolitikum)
- Zaman Batu Besar (Megalitikum)
2. Zaman logam :
- Zaman Tembaga
- Zaman perunggu
- Zaman Besi
b. Zaman Aksara
Zaman aksara adalah zaman manusia belum mengenal tulisan ; sedangkan zaman aksara adalah zaman manusia sudah mengenal tulisan. Indonesia memasuki zaman sejarah pada abad ke-4 dengan bukti ditemukan 7 buah yupa di Kerajaan Kutai, Kalimantan timur.

Demikianlah Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam). Semoga Bermanfaat.


Baca juga artikel sebelumnya : Artikel Tentang Perkembangan Kehidupan Masyarakat Berburu hingga Masyarakat Pertanian Di Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga

  • 4 Pilihan Dalam Berkehidupan - 4 pilihan dalam berkehidupan :Ada 4 Pilihan dalam berkehidupan, kamu bisa pilih salah satunya, atau lebih dari itu :1. Dengan kedudukan Jadilah yang paling...
    1 minggu yang lalu

Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam)

Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam) – Hai sahabat, kali ini kita akan membahas tentang A...