Pusat-Pusat pertumbuhan - Pusat pertumbuhan adalah suatu wilayah yang perkembangannya
sangat pesat dan menjadi pusat pembangunan yang dapat mempengaruhi perkembangan
derah-daerah di sekitarnya. Suatu wilayah dapat mempengaruhi perkembangan
daerah-daerah di sekitarnya. Suatu wilayah dapat menjadi pusat pertumbuhan
wilayah, apabila wilayah tersebut mempunyai berbagai aktivitas yang mampu
mempengaruhi daerah di sekitaranya. Pusat-pusat wilayah pertumbuhan tersebut dapat
berupa wilayah kecamatan, kabupaten, kota atau provinsi. Melalui pengembangan
kawasan pusat-pusat pertumbuhan ini, diharapkan terjadi suatu proses interaksi
dengan wilayah di sekitarnya. Sebagai contoh, Jakarta merupakan pusat
pertumbuhan bagi pulau jawa ; Kota bandung yang berkembang sangat pesat, secara
langsung mempengaruhi kota-kota yang ada di sekitarnya seperti Cimahi,
Padalarang, Soreang, Ujung Berung, Rancaekek, Lembang. BAHKAN LEBIH LUAS LAGI
Garut, Cianjur, subang, sumedang. Pesatnya pertumbuhan kota Bandung pada
akhirnya harus memperluas wilayahnya ke Ujung Berung, Sebagian wilayah cimahi
dan Wilayah-wilayah lainnya yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten
Bandung sebelumnya.
Sebelumnya : Pewilayahan Berdasarkan Fenomena Geografis
Pusat-Pusat pertumbuhan |
Pengembangan kawasan-kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan
tingkatan atau skalanya berbeda-beda. Ada yang berskala nasional, regional atau
daerah. Pusat pertumbuhan berskala nasional misalnya pusat-pusat pertumbuhan di
Indonesia Contoh Kota Surabaya, Makassar dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan
di kawasan Indonesia Barat. Pusat-Pusat pertumbuhan regional atau daerah
seperti “JABODETABEK” (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi), “BANDUNG RAYA”, Segi
Tiga “SIJORI” (Segi Tiga Singapura – Johor- Riau), “GERBANG RAYA”, Segi Tiga
“SIJORI” (Segi Tiga Singapura-Johor-Riau), “GERBANG KERTOSUSILA”
(Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan).
Adapun pendekatan yang dapat kamu lakukan untuk mengenali
lebih jauh pusat-pusat pertumbuhan tersebut sebagai berikut :
1. Teori Tempat yang Sentral (Central Place Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Walter Cristaller pada tahun
1933. Menurut Teori ni ada tiga pertanyaan yang harus dijawan tentang kota atau
wilayah, yaitu pertama, apakah yang menentukan banyaknya kota; Kedua apakah
yang menentukan besarnya kota ; dan Ketiga, apakah yang menentukan perseberan
kota.
Menurut Christaller ada konsep yang disebut jangkauan
(Range) dan ambang (threshold). Range adalah jarak yang perlu ditempuh orang
untuk mendapatkan barang kebutuhannya pada suatu waktu tertentu saja. Adapun
Threshold adalah jumlha mimilah penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan
keseimbangan Suplai barang. Dalam Teori ini diasumsikan pada suatu wilayah
datar yang luas dihuni oleh sejumlah penduduk dengan kondisi yang merata. Di
dalam memenuhi kebutuhannya, penduduk memerlukan berbagai jenis barang dan
jasa, seperti makanan, minuman, alat-alat rumah tangga, pelayanan pendidikan,
pelayanan kesehatan dan sebagainya. Untuk memperoleh kebutuhan tersebut
penduduk harus menempuh jarak tertentu dari rumahnya. Jarak tempuh tersebut
disebut Range.
Di sisi lain pihak penyedia barang dan jasa baik pertokoan
maupun pusat-pusat pelayanan jasa untuk memperoleh keuntungan yang maksimal,
maka mereka harus paham benar berapa banyak jumlah minimal penduduk (calon
konsumen) yang diperlukan bagi kelancaran dan kesinambungan suplai barang atau
jasa agar tidak mengalami kerugian. Dengan kata lain mereka harus memilih lokasi
yang strategis, yaitu sebuah pusat pelayanan berbagai kebutuhan penduduk dalam
jumlah partisipasi yang maksimum. Berdasarkan kepentingan ini maka untuk jenis
barang kebutuhan dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Threshold tinggi, yaitu barang kebutuhan yang memiliki
risiko kerugian besar karena jenis barang atau jasa yang dijual adalah
barang-barang mewah, seperti : kendaraan bermotor, perhiasan, dan barang-barang
mewah, seperti : kendaraan bermotor, perhiasan dan barang-barang lainnya yang
memang harganya relative mahal dan sulit terjual. Untuk jenis-jenis barang
sperti ini maka diperlukan lokasi yang sangat sentral seperti di kota besar
yang relative terjangkau oleh penduduk dari daerah sekitarnya dan terpenuhi
jumlah penduduk minimal untuk menjaga kesinambungan suplai barang.
b. Threshold rendah, yaitu barang kebutuhan yang memiliki
risiko kecil atau tidak memerlukan konsumen terlalu banyak untuk terjualnya
barang-barang, karena penduduk memang membutuhkannya setiap hari. Untuk jenis
barang-barang seperti ini maka lokasi penjualannya dapat ditempatkan sampai
pada kota-kota atau wilayah kecil.
Dari bentuk kebutuhan dan pelayanan di atas maka munculla
istilah tempat yang sentral (Central Place Theory), yaitu suatu lokasi yang
senantiasa melayani berbagai kebutuhan penduduk harus terletak pada suatu
tempat yang terpusat (Sentral). Tempat ini memungkinkan partisipasi manusia
yang jumlahnya besar baik mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun
yang menjadi konsumen dari barang-barang pelayanan yang dihasilkannya.
Menurut teori ini, tempat yang sentral merupakan suatu ttik
simpul dari suatu bentuk heksagonal atau segienam.. Daerah segienam ini
merupakan wilayah-wilayah yang penduduknya mampu terlayani oleh tempat yang
sentral tersebut.
Tempat yang sentral dalam kenyataanya dapat berupa kota-kota
besar, pusat perbelanjaan atau mall, supermarket, pasar, rumah sakit, sekolah,
kampus-kampus perguruan tinggi, ibukota provinsi, kota kabupaten dan
sebagainya. Masing-masing tempat yang sentral tersebut memiliki pengaruh atau
kekuatan menarik penduduk yang tinggal di sekitarnya dengan daya jangkau yang
berbeda. Misalnya, pusat kota provinsi akan menjadi daya tarik bagi penduduk
dari kota-kota kabupaten, sementara kota kabupaten menjadi penarik bagi
penduduk dari desa-desa di sekitarnya. Demikian pula halnya dengan pusat
perbelanjaan, rumah sakit maupun pusat pendidikan. Sehingga nampak terdapat
tingkatan (hierarki) tempat yang sentral.
Selain hierarki berdasarkan besar kecilnya wilyah atau
pusat-pusat pelayanan seperti telah dikemukakan di atas, hierarki tempat yang
sendtral digunakan pula dalam merencanakan suatu lokasi kegaitan seperti pusat
perniagaan atau pasar, sekolah, pusat rekreasi, dan lainnya.
Tempat yang sentral dan daerah yang dipengaruhinya
(komplementer), pada dasarnya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu hierarki 3
(k=3), hierarki 4 (k=4), dan hierarki 7 (K=7). Adapun secara rinci dapat
diuraikan sebagai berikut.
a. Hierarki K= 3, Merupakan pusat pelayanan berupa pasar
yang selalu menyediakan bagi darah sekitarnya, sering disebut Kasus Pasar
Optimal. Wilayah ini selain memengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi
sepertiga bagian dari masing-masing wilayah tetangganya.
b. Hiearki K= 4, wilayah ini dan daerah sekitarnya yang
terpengaruh memberikan kemungkinan jalur lintas yang paling efisien. Tempat
sentral ini disebut pula Situasi lalu lintas yang optimum. Situasi lalu lintas
yang optimum ini memiliki pengaruh setengah bagian di masing-masing wilayah
tetangganya.
c. Hierarki k = 7, wilayah ini selain mempengaruhi
wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi seluruh bagian (satu bagian)
masing-masing wilayah tetangganya. Wilayah ini disebut juga situasi
administrative yang optimum. Situasi administrative yang dimaksud berupa kota
pusat pemerintahan.
Pengaruh tempat yang sentral dapat diukur berdasarkan
hirarki tertentu, dan bergantung pada luasan heksagonal yang dilingkupinya.
Pusat-Pusat pertumbuhan |
2. Teori Kutub pertumbuhan
Teori kutub pertumbuhan (Growth Poles Theory) disebut juga
sebgai teori pusat pertumbuhan (Growth Centres Theory). Teori ini dikemukan
oleh Perroux pada tahun 1955. Dalam teori ini dinyatakan bahwa pembangunan kota
atau wilayah dimanapun adanya bukanlah merupakan suatu proses yang terjadi
secara serentak, tetapi muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan
intensitas yang berbeda-beda. Tempat-tempat atau kawasan yang menjadi pusat
pembangunan tersebut dinamakan pusat-pusat atau kutub-kutub pertumbuhan. Dari
kutub-kutub tersebut selanjutnya proses pembangunan akan menyebar ke
wilayah-wilayah lain di sekitarnya, atau ke pusat-pusat yang lebih rendah.
Setelah perang dunia ke dua (PD II) Banyak Negara-negara
yang terlibat perang mengalami kemunduran ekonomi. Untuk membangun kembali
Negara dikembangkan konspe pembangunan wilayah atau kota yang disebut spread
& trickling down (penjalaran dan penetesan) serta backwash &
polarization. Konsep tersebut berasal dari pengembangan industri untuk
meningkatkan pendapatan nasional kasar (Gros National Product = GNP). Konsep
ini bertujuan untuk meningkatkan investasi pada satu kota tertentu yang
diharapkan selanjutnya meningkatkan aktivitas kota sehingga akan semakin lebih
banyak lagi melibatkan penduduk dan pada akhirnyasemakin banyak barang dan jasa
yang dibutuhkan. Namun demikian konsep ini kurang menunjukkan keberhasilan yang
berarti. Karena cukup banyak kasus justru hanya menguntungkan kota. Kota yang
diharapkan tadinya memberikan pengaruh kuat pula pada pedesaan untuk ikut
berkembang bersaama, Kenyataanya pedesaan sering dirugikan, sehingga yang
terjadi malah meningkatkan arus urbanisasi dari desa ke kota dan memindahkan
kemiskinan desa ke kota.
Pusat-Pusat pertumbuhan |
3. Potensi daerah setempat
Teori pusat pertumbuhan lainnya juga dikenal ‘potential
model”. Konsepnya adalah bahwa setiap daerah memiliki potensi untuk
dikembangkan, baik alam maupun manusianya.
Sumber daya seperti luas lahan yang terdapat di suatu dareah merupakan
potensi untuk dikembangkan misalnya untuk pertanian, peternakan, perikanan,
pertambangan, rekreasi atau wisata dan usaha-usaha lainnya.
Mengingat setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda,
maka corak pengembangan potensi daerah itupun berbeda-beda pula. Misalnya,
suatu daerah yabg awalnya dikembangkan sebagai daerah pertanian tentunya akan
menunjukkan pola yang berbeda dengan suatu daerah yang dikembangkan di daerah
perindustrian atau lainnya. Hal tersebut dapat kamu identifikasi seperti dari
aspek tata guna lahan maupun kegiatan ekonomi penduduknya.
Pusat-Pusat pertumbuhan |
4. Konsep Agropolitan
Konsep pusat pertumbuhan lainnya adalah yang diperkenalkan
oleh Fredman (1975). Menurut konsep ini, perlunya mengusahakan pedesaan untuk
lebih terbuka dalam pembangunan sehingga diharapkan terjadi beberapa “Kota” di
pedesaan atau di daerah pertanian (agropolis). Melali pengembangan ini
diharapkan penduduk di pedesaan menalami peningkatan pendapatannya serta
memperoleh berbagai fasilitas atau prasarana sosial ekonomi yang dapat dijangkau oleh penduduk pedesaan tersebut.
Dengan demikian mereka mempunyai kesempatan yang sama pula dalam meningkatkan
kesejahteraanya sebagaimana yang dialami oleh penduduk perkotaan. Hal tersebut
sangat berdampak baik terutama dalam mencegah terjadinya migrasi atau
urbanisasi yang besar-besaran ke kota yang sering membawa dampak negative bagi
pembangunan di kota.
Perkembangan yang dialami setiap daerah tentunya sangat
berbeda.. Hal ini bergantung pada potensi daerah, lokasi dan sarana
transportasi, serta sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut. Untuk
mengidentifikasi wilayah pertumbuhan berdasarkan pada : Pertumbuhan ekonomi
dengan cara melihat angka pertumbuhan ekonomi dari satu waktu ke waktu
berikutnya, Laju pertumban penduduk dengan cara melihat angka pertumbuhan
penduduk dari waktu ke waktu, perkembangan pemukiman dengan cara melihat
perkembangan perubahan penggunaan lahan dari waktu ke waktu, tingkat pendidikan
dan pengetahuan masyarakat dengan cara melihat perkembangan tingkat pendidikan
dari waktu ke waktu, penggunaan teknologi dengan cara melihat perkembangan
kemampuan teknologi yang digunakan, budaya masyarakat dengan cara melihat budaya
yang berkembang dalam masyarakat.
Cara menentukan batas wilayah pertumbuhan tidak dapat
dilakukan di lapangan tetapi harus dilakukan melalui analisis peta.
Langkah-langkah menentukan batas-batas pertumbuhan wilayah ialah sebagai
berikut :
1. Siapkan peta rupabumi atau peta topografi dengan skala
yang sesuai dengan kebutuhan atau peta geografis berskala kecil.
2. Buat peta dasar yang hanya memuat simbol batas wilayah,
sungai, jalan, nama tempat, dan lokasi pemukiman
3. Tentukan criteria pertumbuhan yang akan digunakan, apakah
berdasarkan tingkat ekonomi, penduduk, pendidikan dan budaya.
4. Tentukan lokasi/Pusat pertumbuhan
5. Analisis data seri yang tersedia, kemudia hitung angka
pertumbuhannya.
6. Angka pertumbuhan yang diperoleh dari tiap-tiap
lokasi/pusat-pusat pertumbhan kemudian digambar sesuai dengan besaran angka
pertumbuhannya.
Batas wilayah pertumbuhan tersebut dapat dibuat pada daerah
yang sempit misalnya wilayah kecamatan atau wilayah kabupaten sampai pada
wilayah yang lebih luas yaitu provinsi atau Negara. Angka pertumbuhan yang
dialami oleh suatu wilayah akan dijadikan dasar dalam penyusunan pengembangan
wilayah pembangunan yang disusun dalam bentuk Rencana Tata Ruang (RTR).
Tag: Pusat-Pusat pertumbuhan, pusat pertumbuhan di indonesia fungsi pusat pertumbuhan pengaruh pusat pertumbuhan jelaskan bagaimana pusat pertumbuhan dapat mempengaruhi pertumbuhan wilayah di sekitarnya jelaskan perbedaan dan persamaan antara pusat pertumbuhan wilayah dengan pusat pembangunan wilayah apa pengaruh pusat pertumbuhan wilayah terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah pengertian pusat pertumbuhan menurut para ahli pengertian wilayah pembangunan utama, Pusat-Pusat pertumbuhan, pusat pertumbuhan di indonesia fungsi pusat pertumbuhan pengaruh pusat pertumbuhan jelaskan bagaimana pusat pertumbuhan dapat mempengaruhi pertumbuhan wilayah di sekitarnya jelaskan perbedaan dan persamaan antara pusat pertumbuhan wilayah dengan pusat pembangunan wilayah apa pengaruh pusat pertumbuhan wilayah terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah pengertian pusat pertumbuhan menurut para ahli pengertian wilayah pembangunan utama, Pusat-Pusat pertumbuhan, pusat pertumbuhan di indonesia fungsi pusat pertumbuhan pengaruh pusat pertumbuhan jelaskan bagaimana pusat pertumbuhan dapat mempengaruhi pertumbuhan wilayah di sekitarnya jelaskan perbedaan dan persamaan antara pusat pertumbuhan wilayah dengan pusat pembangunan wilayah apa pengaruh pusat pertumbuhan wilayah terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah pengertian pusat pertumbuhan menurut para ahli pengertian wilayah pembangunan utama, Pusat-Pusat pertumbuhan, pusat pertumbuhan di indonesia fungsi pusat pertumbuhan pengaruh pusat pertumbuhan jelaskan bagaimana pusat pertumbuhan dapat mempengaruhi pertumbuhan wilayah di sekitarnya jelaskan perbedaan dan persamaan antara pusat pertumbuhan wilayah dengan pusat pembangunan wilayah apa pengaruh pusat pertumbuhan wilayah terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah pengertian pusat pertumbuhan menurut para ahli pengertian wilayah pembangunan utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar