https://shope.ee/6Kb2s7Y65L

Pusat-Pusat pertumbuhan | Penjelasan Lengkap Pusat-Pusat Pertumbuhan

Pusat-Pusat pertumbuhan - Pusat pertumbuhan adalah suatu wilayah yang perkembangannya sangat pesat dan menjadi pusat pembangunan yang dapat mempengaruhi perkembangan derah-daerah di sekitarnya. Suatu wilayah dapat mempengaruhi perkembangan daerah-daerah di sekitarnya. Suatu wilayah dapat menjadi pusat pertumbuhan wilayah, apabila wilayah tersebut mempunyai berbagai aktivitas yang mampu mempengaruhi daerah di sekitaranya. Pusat-pusat wilayah pertumbuhan tersebut dapat berupa wilayah kecamatan, kabupaten, kota atau provinsi. Melalui pengembangan kawasan pusat-pusat pertumbuhan ini, diharapkan terjadi suatu proses interaksi dengan wilayah di sekitarnya. Sebagai contoh, Jakarta merupakan pusat pertumbuhan bagi pulau jawa ; Kota bandung yang berkembang sangat pesat, secara langsung mempengaruhi kota-kota yang ada di sekitarnya seperti Cimahi, Padalarang, Soreang, Ujung Berung, Rancaekek, Lembang. BAHKAN LEBIH LUAS LAGI Garut, Cianjur, subang, sumedang. Pesatnya pertumbuhan kota Bandung pada akhirnya harus memperluas wilayahnya ke Ujung Berung, Sebagian wilayah cimahi dan Wilayah-wilayah lainnya yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bandung sebelumnya.


Pusat-Pusat pertumbuhan
Pusat-Pusat pertumbuhan


Pengembangan kawasan-kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan tingkatan atau skalanya berbeda-beda. Ada yang berskala nasional, regional atau daerah. Pusat pertumbuhan berskala nasional misalnya pusat-pusat pertumbuhan di Indonesia Contoh Kota Surabaya, Makassar dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan di kawasan Indonesia Barat. Pusat-Pusat pertumbuhan regional atau daerah seperti “JABODETABEK” (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi), “BANDUNG RAYA”, Segi Tiga “SIJORI” (Segi Tiga Singapura – Johor- Riau), “GERBANG RAYA”, Segi Tiga “SIJORI” (Segi Tiga Singapura-Johor-Riau), “GERBANG KERTOSUSILA” (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan).

Adapun pendekatan yang dapat kamu lakukan untuk mengenali lebih jauh pusat-pusat pertumbuhan tersebut sebagai berikut :

1. Teori Tempat yang Sentral (Central Place Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Walter Cristaller pada tahun 1933. Menurut Teori ni ada tiga pertanyaan yang harus dijawan tentang kota atau wilayah, yaitu pertama, apakah yang menentukan banyaknya kota; Kedua apakah yang menentukan besarnya kota ; dan Ketiga, apakah yang menentukan perseberan kota.

Menurut Christaller ada konsep yang disebut jangkauan (Range) dan ambang (threshold). Range adalah jarak yang perlu ditempuh orang untuk mendapatkan barang kebutuhannya pada suatu waktu tertentu saja. Adapun Threshold adalah jumlha mimilah penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan keseimbangan Suplai barang. Dalam Teori ini diasumsikan pada suatu wilayah datar yang luas dihuni oleh sejumlah penduduk dengan kondisi yang merata. Di dalam memenuhi kebutuhannya, penduduk memerlukan berbagai jenis barang dan jasa, seperti makanan, minuman, alat-alat rumah tangga, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan dan sebagainya. Untuk memperoleh kebutuhan tersebut penduduk harus menempuh jarak tertentu dari rumahnya. Jarak tempuh tersebut disebut Range.

Di sisi lain pihak penyedia barang dan jasa baik pertokoan maupun pusat-pusat pelayanan jasa untuk memperoleh keuntungan yang maksimal, maka mereka harus paham benar berapa banyak jumlah minimal penduduk (calon konsumen) yang diperlukan bagi kelancaran dan kesinambungan suplai barang atau jasa agar tidak mengalami kerugian. Dengan kata lain mereka harus memilih lokasi yang strategis, yaitu sebuah pusat pelayanan berbagai kebutuhan penduduk dalam jumlah partisipasi yang maksimum. Berdasarkan kepentingan ini maka untuk jenis barang kebutuhan dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Threshold tinggi, yaitu barang kebutuhan yang memiliki risiko kerugian besar karena jenis barang atau jasa yang dijual adalah barang-barang mewah, seperti : kendaraan bermotor, perhiasan, dan barang-barang mewah, seperti : kendaraan bermotor, perhiasan dan barang-barang lainnya yang memang harganya relative mahal dan sulit terjual. Untuk jenis-jenis barang sperti ini maka diperlukan lokasi yang sangat sentral seperti di kota besar yang relative terjangkau oleh penduduk dari daerah sekitarnya dan terpenuhi jumlah penduduk minimal untuk menjaga kesinambungan suplai barang.

b. Threshold rendah, yaitu barang kebutuhan yang memiliki risiko kecil atau tidak memerlukan konsumen terlalu banyak untuk terjualnya barang-barang, karena penduduk memang membutuhkannya setiap hari. Untuk jenis barang-barang seperti ini maka lokasi penjualannya dapat ditempatkan sampai pada kota-kota atau wilayah kecil.

Dari bentuk kebutuhan dan pelayanan di atas maka munculla istilah tempat yang sentral (Central Place Theory), yaitu suatu lokasi yang senantiasa melayani berbagai kebutuhan penduduk harus terletak pada suatu tempat yang terpusat (Sentral). Tempat ini memungkinkan partisipasi manusia yang jumlahnya besar baik mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang pelayanan yang dihasilkannya.

Menurut teori ini, tempat yang sentral merupakan suatu ttik simpul dari suatu bentuk heksagonal atau segienam.. Daerah segienam ini merupakan wilayah-wilayah yang penduduknya mampu terlayani oleh tempat yang sentral tersebut.

Tempat yang sentral dalam kenyataanya dapat berupa kota-kota besar, pusat perbelanjaan atau mall, supermarket, pasar, rumah sakit, sekolah, kampus-kampus perguruan tinggi, ibukota provinsi, kota kabupaten dan sebagainya. Masing-masing tempat yang sentral tersebut memiliki pengaruh atau kekuatan menarik penduduk yang tinggal di sekitarnya dengan daya jangkau yang berbeda. Misalnya, pusat kota provinsi akan menjadi daya tarik bagi penduduk dari kota-kota kabupaten, sementara kota kabupaten menjadi penarik bagi penduduk dari desa-desa di sekitarnya. Demikian pula halnya dengan pusat perbelanjaan, rumah sakit maupun pusat pendidikan. Sehingga nampak terdapat tingkatan (hierarki) tempat yang sentral.

Selain hierarki berdasarkan besar kecilnya wilyah atau pusat-pusat pelayanan seperti telah dikemukakan di atas, hierarki tempat yang sendtral digunakan pula dalam merencanakan suatu lokasi kegaitan seperti pusat perniagaan atau pasar, sekolah, pusat rekreasi, dan lainnya.

Tempat yang sentral dan daerah yang dipengaruhinya (komplementer), pada dasarnya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu hierarki 3 (k=3), hierarki 4 (k=4), dan hierarki 7 (K=7). Adapun secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Hierarki K= 3, Merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang selalu menyediakan bagi darah sekitarnya, sering disebut Kasus Pasar Optimal. Wilayah ini selain memengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi sepertiga bagian dari masing-masing wilayah tetangganya.

b. Hiearki K= 4, wilayah ini dan daerah sekitarnya yang terpengaruh memberikan kemungkinan jalur lintas yang paling efisien. Tempat sentral ini disebut pula Situasi lalu lintas yang optimum. Situasi lalu lintas yang optimum ini memiliki pengaruh setengah bagian di masing-masing wilayah tetangganya.

c. Hierarki k = 7, wilayah ini selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi seluruh bagian (satu bagian) masing-masing wilayah tetangganya. Wilayah ini disebut juga situasi administrative yang optimum. Situasi administrative yang dimaksud berupa kota pusat pemerintahan.
Pengaruh tempat yang sentral dapat diukur berdasarkan hirarki tertentu, dan bergantung pada luasan heksagonal yang dilingkupinya.

Pusat-Pusat pertumbuhan
Pusat-Pusat pertumbuhan


2. Teori Kutub pertumbuhan

Teori kutub pertumbuhan (Growth Poles Theory) disebut juga sebgai teori pusat pertumbuhan (Growth Centres Theory). Teori ini dikemukan oleh Perroux pada tahun 1955. Dalam teori ini dinyatakan bahwa pembangunan kota atau wilayah dimanapun adanya bukanlah merupakan suatu proses yang terjadi secara serentak, tetapi muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda-beda. Tempat-tempat atau kawasan yang menjadi pusat pembangunan tersebut dinamakan pusat-pusat atau kutub-kutub pertumbuhan. Dari kutub-kutub tersebut selanjutnya proses pembangunan akan menyebar ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya, atau ke pusat-pusat yang lebih rendah.

Setelah perang dunia ke dua (PD II) Banyak Negara-negara yang terlibat perang mengalami kemunduran ekonomi. Untuk membangun kembali Negara dikembangkan konspe pembangunan wilayah atau kota yang disebut spread & trickling down (penjalaran dan penetesan) serta backwash & polarization. Konsep tersebut berasal dari pengembangan industri untuk meningkatkan pendapatan nasional kasar (Gros National Product = GNP). Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan investasi pada satu kota tertentu yang diharapkan selanjutnya meningkatkan aktivitas kota sehingga akan semakin lebih banyak lagi melibatkan penduduk dan pada akhirnyasemakin banyak barang dan jasa yang dibutuhkan. Namun demikian konsep ini kurang menunjukkan keberhasilan yang berarti. Karena cukup banyak kasus justru hanya menguntungkan kota. Kota yang diharapkan tadinya memberikan pengaruh kuat pula pada pedesaan untuk ikut berkembang bersaama, Kenyataanya pedesaan sering dirugikan, sehingga yang terjadi malah meningkatkan arus urbanisasi dari desa ke kota dan memindahkan kemiskinan desa ke kota.

Pusat-Pusat pertumbuhan
Pusat-Pusat pertumbuhan


3. Potensi daerah setempat

Teori pusat pertumbuhan lainnya juga dikenal ‘potential model”. Konsepnya adalah bahwa setiap daerah memiliki potensi untuk dikembangkan, baik alam maupun manusianya.  Sumber daya seperti luas lahan yang terdapat di suatu dareah merupakan potensi untuk dikembangkan misalnya untuk pertanian, peternakan, perikanan, pertambangan, rekreasi atau wisata dan usaha-usaha lainnya.
Mengingat setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda, maka corak pengembangan potensi daerah itupun berbeda-beda pula. Misalnya, suatu daerah yabg awalnya dikembangkan sebagai daerah pertanian tentunya akan menunjukkan pola yang berbeda dengan suatu daerah yang dikembangkan di daerah perindustrian atau lainnya. Hal tersebut dapat kamu identifikasi seperti dari aspek tata guna lahan maupun kegiatan ekonomi penduduknya.

Pusat-Pusat pertumbuhan
Pusat-Pusat pertumbuhan


4. Konsep Agropolitan

Konsep pusat pertumbuhan lainnya adalah yang diperkenalkan oleh Fredman (1975). Menurut konsep ini, perlunya mengusahakan pedesaan untuk lebih terbuka dalam pembangunan sehingga diharapkan terjadi beberapa “Kota” di pedesaan atau di daerah pertanian (agropolis). Melali pengembangan ini diharapkan penduduk di pedesaan menalami peningkatan pendapatannya serta memperoleh berbagai fasilitas atau prasarana sosial ekonomi yang dapat  dijangkau oleh penduduk pedesaan tersebut. Dengan demikian mereka mempunyai kesempatan yang sama pula dalam meningkatkan kesejahteraanya sebagaimana yang dialami oleh penduduk perkotaan. Hal tersebut sangat berdampak baik terutama dalam mencegah terjadinya migrasi atau urbanisasi yang besar-besaran ke kota yang sering membawa dampak negative bagi pembangunan di kota.

Perkembangan yang dialami setiap daerah tentunya sangat berbeda.. Hal ini bergantung pada potensi daerah, lokasi dan sarana transportasi, serta sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut. Untuk mengidentifikasi wilayah pertumbuhan berdasarkan pada : Pertumbuhan ekonomi dengan cara melihat angka pertumbuhan ekonomi dari satu waktu ke waktu berikutnya, Laju pertumban penduduk dengan cara melihat angka pertumbuhan penduduk dari waktu ke waktu, perkembangan pemukiman dengan cara melihat perkembangan perubahan penggunaan lahan dari waktu ke waktu, tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat dengan cara melihat perkembangan tingkat pendidikan dari waktu ke waktu, penggunaan teknologi dengan cara melihat perkembangan kemampuan teknologi yang digunakan, budaya masyarakat dengan cara melihat budaya yang berkembang dalam masyarakat.

Cara menentukan batas wilayah pertumbuhan tidak dapat dilakukan di lapangan tetapi harus dilakukan melalui analisis peta. Langkah-langkah menentukan batas-batas pertumbuhan wilayah ialah sebagai berikut :

1. Siapkan peta rupabumi atau peta topografi dengan skala yang sesuai dengan kebutuhan atau peta geografis berskala kecil.
2. Buat peta dasar yang hanya memuat simbol batas wilayah, sungai, jalan, nama tempat, dan lokasi pemukiman
3. Tentukan criteria pertumbuhan yang akan digunakan, apakah berdasarkan tingkat ekonomi, penduduk, pendidikan dan budaya.
4. Tentukan lokasi/Pusat pertumbuhan
5. Analisis data seri yang tersedia, kemudia hitung angka pertumbuhannya.
6. Angka pertumbuhan yang diperoleh dari tiap-tiap lokasi/pusat-pusat pertumbhan kemudian digambar sesuai dengan besaran angka pertumbuhannya.


Batas wilayah pertumbuhan tersebut dapat dibuat pada daerah yang sempit misalnya wilayah kecamatan atau wilayah kabupaten sampai pada wilayah yang lebih luas yaitu provinsi atau Negara. Angka pertumbuhan yang dialami oleh suatu wilayah akan dijadikan dasar dalam penyusunan pengembangan wilayah pembangunan yang disusun dalam bentuk Rencana Tata Ruang (RTR).

Tag: Pusat-Pusat pertumbuhan, pusat pertumbuhan di indonesia fungsi pusat pertumbuhan pengaruh pusat pertumbuhan jelaskan bagaimana pusat pertumbuhan dapat mempengaruhi pertumbuhan wilayah di sekitarnya jelaskan perbedaan dan persamaan antara pusat pertumbuhan wilayah dengan pusat pembangunan wilayah apa pengaruh pusat pertumbuhan wilayah terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah pengertian pusat pertumbuhan menurut para ahli pengertian wilayah pembangunan utama, Pusat-Pusat pertumbuhan, pusat pertumbuhan di indonesia fungsi pusat pertumbuhan pengaruh pusat pertumbuhan jelaskan bagaimana pusat pertumbuhan dapat mempengaruhi pertumbuhan wilayah di sekitarnya jelaskan perbedaan dan persamaan antara pusat pertumbuhan wilayah dengan pusat pembangunan wilayah apa pengaruh pusat pertumbuhan wilayah terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah pengertian pusat pertumbuhan menurut para ahli pengertian wilayah pembangunan utama, Pusat-Pusat pertumbuhan, pusat pertumbuhan di indonesia fungsi pusat pertumbuhan pengaruh pusat pertumbuhan jelaskan bagaimana pusat pertumbuhan dapat mempengaruhi pertumbuhan wilayah di sekitarnya jelaskan perbedaan dan persamaan antara pusat pertumbuhan wilayah dengan pusat pembangunan wilayah apa pengaruh pusat pertumbuhan wilayah terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah pengertian pusat pertumbuhan menurut para ahli pengertian wilayah pembangunan utama, Pusat-Pusat pertumbuhan, pusat pertumbuhan di indonesia fungsi pusat pertumbuhan pengaruh pusat pertumbuhan jelaskan bagaimana pusat pertumbuhan dapat mempengaruhi pertumbuhan wilayah di sekitarnya jelaskan perbedaan dan persamaan antara pusat pertumbuhan wilayah dengan pusat pembangunan wilayah apa pengaruh pusat pertumbuhan wilayah terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah pengertian pusat pertumbuhan menurut para ahli pengertian wilayah pembangunan utama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga

  • 4 Pilihan Dalam Berkehidupan - 4 pilihan dalam berkehidupan :Ada 4 Pilihan dalam berkehidupan, kamu bisa pilih salah satunya, atau lebih dari itu :1. Dengan kedudukan Jadilah yang paling...
    8 bulan yang lalu

Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam)

Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam) – Hai sahabat, kali ini kita akan membahas tentang A...