https://shope.ee/6Kb2s7Y65L

Hakikat Kelompok sosial Dalam Masyarakat Multikultural


Hakikat Kelompok sosial Dalam Masyarakat Multikultural – Hai sahabat, pada artikel kali ini kita akan membahas tentang Kelompok-kelompok sosial dalam Masyarakat Multikultural. Yuk, langsung dibahas :

Hakikat Kelompok sosial Dalam Masyarakat Multikultural
Hakikat Kelompok sosial Dalam Masyarakat Multikultural


- Hakikat Kelompok Sosial

Kelompok sosial merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Tidak ada satu manusia yang dapat melepaskan diri dari keanggotaan kelompok sosial. Sejak anda dilahirkan, anda sudah menjadi anggota beberapa kelompok sosial. Sebagai anak, anda adalah anggota kelompok sosial yang disebut keluarga. Sebagai bayi, anda adalah anggota kelompok balita. Kelompok balita bagi petugas kesehatan memiliki arti khusus suhubungan dengan tugas mereka. Apabila anda lahir sebagai pria atau wanita, maka anda menjadi anggota kelompok jenis kelamin tertentu dan itu memiliki arti khusus pula bagi parah ahli kependudukan. Semakin anda menginjak dewasa, semakin banyak kelompok sosial lain akan anda masuki.

Dalam usia bermain, anda akan dimasukkan ke dalam kelompok bermain. Di luar kelompok formal, anda tentunya juga memiliki kelompok bermain dengan sesama anak di sekitar tempat dinggal. Pada usia kana-kana, semakin beragam kelompok sosial yang anda masuki. Taman kanak-kanak juga merupakan kelompok sosial. Di Taman kana-kana, anda menjadi anggota salah satu kelas (kelas nol kecil atau kelas nol besar). Begitu seterusnya, hingga kini Anda menjadi siswa SMA. Begitu banyak kelompok sosial yang melibatkan anda, mulai dari regu kebersihan kelas, pramuka, Osis, Pecinta alam, teater, kelompok peneliti remaja, dan sebagianya. Sementara itu, sebagai anggota masyarakat, anda pasti juga merupakan warga sebuah RT, RW desa, Kota, agama tertentu, suku bangsa dan Negara indonesia.

Di dalam masyarakat, terdapat berbagai macam kelompok sosial dengan segala macam bentuk, sifat dan ciri-cirinya. Kelompok-kelompok sosial itu dapat berbentuk organisasi yang bersifat formal atau sekedar kelompok sosial yang bersifat nonformal. Demikian kenyataanya, manusia selalu hidup dalam kelompok sosial. Manusia adalah makhluk sosial. Dia selalu hidup bersama dan bergaul dengan orang lain. Dalam ukuran yang wajar, manusia tidak mungkin hidup seorang diri. Seorang bayi yang dilahirkan tidak akan mampu bertahan hidup apabila tidak diasuh dan dibesarkan orangtuanya. Seorang yang telah dewasa dan mampu berdiri sendiri pun tetap membutuhkan bantuan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Apabila manusia hidup terkurung sendirian, tidak berinteraksi dengan siapapun, dapat dipastikan perkembangan jiwanya terganggu (tidak seperti sewajarnya manusia normal). Cobala pikirkan, bantuan apa saja yang anda terima dari orang lain sepanjang kepergian ke sekolah ini. Dari rumah anda membutuhkan peran ibu, di jalan anda membutuhkan bantuan polisi lalu-lintas atau sopir angkutan, di sekolah anda memerlukan guru dan teman-teman untuk berdiskusi, dan seterusnya.

Manusia berbeda dengan hewan. Hewan sejak lahir diberi kemampuan fisik untuk bertahan hidup sendirian melawan keganasan iklim dan cuaca di alam. Lihatlah kuda, sapi, ungga, dan lain-lain yang mampu bertahan hidup dalam cuaca panas dan dingin tanpa perlu berpakaian. Seekor anak sapi mampu berlari tanpa bantuan induknya hanya dalam beberapa jama setelah dilahirkan induknya, tetapi bayi manusia perlu diajari berjalan selama setahun atau lebih. Dalam proses belajar itu, peran orang lain mutlak diperlukan.

Hakikat Kelompok sosial Dalam Masyarakat Multikultural
Hakikat Kelompok sosial Dalam Masyarakat Multikultural


Secara fisik sebenarnya manusia lebih lemah daripada hewan. Namun, Tuhan mengaruniakan sesuatu yang tidak dimilki hewan, yaitu akal. Dengan akal, manusia mampu mengatasi berbagai persoalan hdiup. Misal, manusia menciptakan pakaian untuk menghadapi iklim yang dingin, manusia bercocok tanam untuk memperoleh makana, dan membangun rumah untuk berlindung dari cuaca panas dan dingin. Semakin berkembang masyarakat, semakin maju pula teknik dan alat-alat yang diciptakan, semua itu membentuk kebudayaan. Kebudayaan hanya ada pada kehidupan manusia. Hewan tidak memiliki kebudayaan, karena tidak memiliki pikiran, perasaan (emosi) dan kehendak.

Sebagai hasil dari akal pikiran manusia, kebudayaan tidak mungkin terbentuk dengan sendirinya. Akan tetapi, kebudaaan meruapkan hasil interaksi antara manusia satu dengan manusia lain, atua dengan lingkungan sekitar. Dalam menghadapi tantangan alam sekitar, manusia membutuhkan orang lain. Dengan bergaul dengan manusia lain, seseorang memperoleh kepuasan. Kebutuhan untuk selalu bergaul dengan orang lain merupakan naluri alamiah manusia. Naluri ini disebut gregariusness. Naluri ini mengarahkan manusia untuk memenuhi dua hasrat penting sebagia manusia. Hasrat itu adalah.

1. Hasrat untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekitarnya (hasrat hidup bermasyarakat) dan
2. hasrat untuk menjadi satu dengan suasana alam sekitarnya.

Hasrat untuk hidup dalam kelompok sosial tersebut membuat kita menjadi makhluk yang manusiawi. Dalam kelompok sosial, hidup kita menjadi bermakna, memiliki tujuan, dan dapat menghayai perasaan yang beraneka ragam. Melalui hidup berkelompok, manusia menghayati norma-norma kebudayaan, perasaan dan lain-lain. Perasaan dan prilaku seseorang dipengaruhi oleh kelompok sosialnya. Dalam hidup berkelompok pula, berbagai lembaga sosial, dan organisasi sosial terbentuk.
Anda pernah menonton pertandingan voli atau basket di sekolah? Pada saat tim kelas anda bertanding, bersama-sama dengan teman sekelas, anda turut memberikan dukungan yang menyemangati tim. Dukungan seperti itu sangat berpengaruh terhadap semangat dan mental tim anda yang sedang bertanding. Apabila anda turut bermain, tentu akan merasakan pengaruh itu secara langsung. Demikian besarnya pengaruh kelompok terhdap perasaan, semangat dan perilaku seseorang, maka setiap tindakan seseorang senantiasa dipengaruhi oleh kelompok sosialnya.

Pengertian kelompok sosial tidak sekedar kumpulan manusia pada suatu tempat dan pada suatu saat. Walaupun kumpulan itu memiliki ciri-ciri yang sama sekalipun. Misal, anda berangkat ke sekolah naik angkutan umum, ada banyak orang dengan berbagai tujuan dalam angkutan itu, masing-masing diam satu sama lain tanpa bercakap-cakap. Di sini anda dan orang-orang dalam angkutan tidak dapat disebut sebagai kelompok sosial, karena diantara mereka tidak ada ikatan apa-apa walaupun berada dalam suatu tempat yang sama dan saling berdekatan. Dalam sosiologi, kumpulan orang seperti itu disebut sebagai agregasi atau kolektivitas. Kolektivitas adalah kumuplan orang secara fisik, tetapi tidak mempunyai solidaritas atau dasar nilai bersama. Dalam kolektivitas, juga tidak ada kewajiban moral untuk menjalankan peran yang diharapkan. Di samping itu, dalam kolektivitas tidak ada kesadaran untuk saling berinteraksi.

Seandainya di tengah perjalanan anda tadi, tiba-tiba sang sopir menghentikan kendaraan dan turun untuk suatu tujuan yang tidak jelas, anda dan penumpang lain tentu merasa terganggu dan saling mengungkapkan ketidaksukaanya kepada kelaukan sopir. Kelakuan sopir itu telah mempengaruhi semua orang yang ada dalam kendaraan dan akhirnya mereka saling bercakap-cakap mengenai masalah yang sedang mereka hadapi bersama, dan terjadilah interaksi sosial.

Saat kesadaran adanya masalah itu muncul, maka terjadi interaksi yang membentuk kelompok sosial. Oleh karena itu, kelompok sosial dapat didefinisikan sebagia kumpulan orang yang memiliki kesadaran ebrsama akan keanggotaanya dan saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola yang mapan. Akan tetapi, kumpulan tidak harus diartikan sebagai kedekatan secara fisik, sebab, ada juga kelompok, yang anggota-anggotanya tidak pernah bertemu secara langsung. Mereka hanya berinteraksi melalui media komunikasi, misalnya, telepon, bulletin, majalah dan email.
Dalam adanya naluri hidup berkelompok, manusia membentuk masyarakat. Dalam lingkup yang sempit, masyarakat disebut kelompok sosial Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama. Di dalam kelompok sosial, setiap manusia yang menjadi anggotanya mengadakan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Dalam kelompok sosial, juga timbul kesadaran untuk saling menolong daintara para anggota kelompk.

Hakikat Kelompok sosial Dalam Masyarakat Multikultural
Hakikat Kelompok sosial Dalam Masyarakat Multikultural


Tidak semua himpunan manusia dapat disebut sebagai kelompok sosial. Menurut Soerjono Soekanto (1990), ada lima syarat agar suatu kumpulan manusia dapat dianggap sebagai kelompok sosial. Kelima syarat itu, adalah :

a. Adanya kesadaran bahwa setiap anggota merupakan bagian dari kelompoknya
b. Adanya hubungan timbale bali diantara anggota kelompok
c. Adanya faktor pengikat hubungan (misalnya nasib, cita-cita, tujuan, kepentingan, atau musuh yang sama)
d. Adanya struktur, kaidah dan pola prilaku, seta,
e. Adanya sistem dan proses sosial.

Kesadaran setiap anggota kelompok bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya menimbulkan rasa kebersamana. Rasa kebersamaan (solidaritas) membuat seseorang setia dan loyal kepada kelompoknya. Rasa kebersamaan juga menjadi dasar adanya hubungan timbale bali antaranggota kelompok. Hubungan timbale balik dapat terjadi bila diantara anggota kelompok memiliki tujuan, kepentingan, dan bahkan musuh yang sama. Faktor pengikat itu mendorong individu-individu menyatu membentuk kelompok sosial, dan menciptakan struktur, kaidah dan pola prilaku.

Demikianlah Hakikat Kelompok sosial Dalam Masyarakat Multikultural. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga

  • 4 Pilihan Dalam Berkehidupan - 4 pilihan dalam berkehidupan :Ada 4 Pilihan dalam berkehidupan, kamu bisa pilih salah satunya, atau lebih dari itu :1. Dengan kedudukan Jadilah yang paling...
    5 bulan yang lalu

Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam)

Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam) – Hai sahabat, kali ini kita akan membahas tentang A...