Hakikat Kelompok sosial Dalam Masyarakat
Multikultural – Hai sahabat, pada artikel kali ini kita akan membahas tentang
Kelompok-kelompok sosial dalam Masyarakat Multikultural. Yuk, langsung dibahas
:
Hakikat Kelompok sosial Dalam Masyarakat Multikultural |
- Hakikat Kelompok Sosial
Kelompok sosial merupakan sesuatu yang penting dalam
kehidupan manusia. Tidak ada satu manusia yang dapat melepaskan diri dari
keanggotaan kelompok sosial. Sejak anda dilahirkan, anda sudah menjadi anggota
beberapa kelompok sosial. Sebagai anak, anda adalah anggota kelompok sosial
yang disebut keluarga. Sebagai bayi, anda adalah anggota kelompok balita.
Kelompok balita bagi petugas kesehatan memiliki arti khusus suhubungan dengan
tugas mereka. Apabila anda lahir sebagai pria atau wanita, maka anda menjadi
anggota kelompok jenis kelamin tertentu dan itu memiliki arti khusus pula bagi
parah ahli kependudukan. Semakin anda menginjak dewasa, semakin banyak kelompok
sosial lain akan anda masuki.
Dalam usia bermain, anda akan dimasukkan ke dalam
kelompok bermain. Di luar kelompok formal, anda tentunya juga memiliki kelompok
bermain dengan sesama anak di sekitar tempat dinggal. Pada usia kana-kana,
semakin beragam kelompok sosial yang anda masuki. Taman kanak-kanak juga
merupakan kelompok sosial. Di Taman kana-kana, anda menjadi anggota salah satu
kelas (kelas nol kecil atau kelas nol besar). Begitu seterusnya, hingga kini
Anda menjadi siswa SMA. Begitu banyak kelompok sosial yang melibatkan anda,
mulai dari regu kebersihan kelas, pramuka, Osis, Pecinta alam, teater, kelompok
peneliti remaja, dan sebagianya. Sementara itu, sebagai anggota masyarakat,
anda pasti juga merupakan warga sebuah RT, RW desa, Kota, agama tertentu, suku
bangsa dan Negara indonesia.
Di dalam masyarakat, terdapat berbagai macam
kelompok sosial dengan segala macam bentuk, sifat dan ciri-cirinya.
Kelompok-kelompok sosial itu dapat berbentuk organisasi yang bersifat formal
atau sekedar kelompok sosial yang bersifat nonformal. Demikian kenyataanya,
manusia selalu hidup dalam kelompok sosial. Manusia adalah makhluk sosial. Dia
selalu hidup bersama dan bergaul dengan orang lain. Dalam ukuran yang wajar,
manusia tidak mungkin hidup seorang diri. Seorang bayi yang dilahirkan tidak
akan mampu bertahan hidup apabila tidak diasuh dan dibesarkan orangtuanya.
Seorang yang telah dewasa dan mampu berdiri sendiri pun tetap membutuhkan
bantuan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Apabila manusia hidup
terkurung sendirian, tidak berinteraksi dengan siapapun, dapat dipastikan perkembangan
jiwanya terganggu (tidak seperti sewajarnya manusia normal). Cobala pikirkan,
bantuan apa saja yang anda terima dari orang lain sepanjang kepergian ke
sekolah ini. Dari rumah anda membutuhkan peran ibu, di jalan anda membutuhkan
bantuan polisi lalu-lintas atau sopir angkutan, di sekolah anda memerlukan guru
dan teman-teman untuk berdiskusi, dan seterusnya.
Manusia berbeda dengan hewan. Hewan sejak lahir
diberi kemampuan fisik untuk bertahan hidup sendirian melawan keganasan iklim
dan cuaca di alam. Lihatlah kuda, sapi, ungga, dan lain-lain yang mampu
bertahan hidup dalam cuaca panas dan dingin tanpa perlu berpakaian. Seekor anak
sapi mampu berlari tanpa bantuan induknya hanya dalam beberapa jama setelah
dilahirkan induknya, tetapi bayi manusia perlu diajari berjalan selama setahun
atau lebih. Dalam proses belajar itu, peran orang lain mutlak diperlukan.
Hakikat Kelompok sosial Dalam Masyarakat Multikultural |
Secara fisik sebenarnya manusia lebih lemah daripada
hewan. Namun, Tuhan mengaruniakan sesuatu yang tidak dimilki hewan, yaitu akal.
Dengan akal, manusia mampu mengatasi berbagai persoalan hdiup. Misal, manusia
menciptakan pakaian untuk menghadapi iklim yang dingin, manusia bercocok tanam
untuk memperoleh makana, dan membangun rumah untuk berlindung dari cuaca panas
dan dingin. Semakin berkembang masyarakat, semakin maju pula teknik dan
alat-alat yang diciptakan, semua itu membentuk kebudayaan. Kebudayaan hanya ada
pada kehidupan manusia. Hewan tidak memiliki kebudayaan, karena tidak memiliki
pikiran, perasaan (emosi) dan kehendak.
Sebagai hasil dari akal pikiran manusia, kebudayaan
tidak mungkin terbentuk dengan sendirinya. Akan tetapi, kebudaaan meruapkan
hasil interaksi antara manusia satu dengan manusia lain, atua dengan lingkungan
sekitar. Dalam menghadapi tantangan alam sekitar, manusia membutuhkan orang
lain. Dengan bergaul dengan manusia lain, seseorang memperoleh kepuasan.
Kebutuhan untuk selalu bergaul dengan orang lain merupakan naluri alamiah
manusia. Naluri ini disebut gregariusness. Naluri ini mengarahkan manusia untuk
memenuhi dua hasrat penting sebagia manusia. Hasrat itu adalah.
1. Hasrat untuk menjadi satu dengan manusia lain di
sekitarnya (hasrat hidup bermasyarakat) dan
2. hasrat untuk menjadi satu dengan suasana alam
sekitarnya.
Hasrat untuk hidup dalam kelompok sosial tersebut membuat
kita menjadi makhluk yang manusiawi. Dalam kelompok sosial, hidup kita menjadi
bermakna, memiliki tujuan, dan dapat menghayai perasaan yang beraneka ragam.
Melalui hidup berkelompok, manusia menghayati norma-norma kebudayaan, perasaan
dan lain-lain. Perasaan dan prilaku seseorang dipengaruhi oleh kelompok
sosialnya. Dalam hidup berkelompok pula, berbagai lembaga sosial, dan
organisasi sosial terbentuk.
Anda pernah menonton pertandingan voli atau basket
di sekolah? Pada saat tim kelas anda bertanding, bersama-sama dengan teman
sekelas, anda turut memberikan dukungan yang menyemangati tim. Dukungan seperti
itu sangat berpengaruh terhadap semangat dan mental tim anda yang sedang
bertanding. Apabila anda turut bermain, tentu akan merasakan pengaruh itu secara
langsung. Demikian besarnya pengaruh kelompok terhdap perasaan, semangat dan
perilaku seseorang, maka setiap tindakan seseorang senantiasa dipengaruhi oleh
kelompok sosialnya.
Pengertian kelompok sosial tidak sekedar kumpulan
manusia pada suatu tempat dan pada suatu saat. Walaupun kumpulan itu memiliki
ciri-ciri yang sama sekalipun. Misal, anda berangkat ke sekolah naik angkutan
umum, ada banyak orang dengan berbagai tujuan dalam angkutan itu, masing-masing
diam satu sama lain tanpa bercakap-cakap. Di sini anda dan orang-orang dalam
angkutan tidak dapat disebut sebagai kelompok sosial, karena diantara mereka
tidak ada ikatan apa-apa walaupun berada dalam suatu tempat yang sama dan
saling berdekatan. Dalam sosiologi, kumpulan orang seperti itu disebut sebagai
agregasi atau kolektivitas. Kolektivitas adalah kumuplan orang secara fisik,
tetapi tidak mempunyai solidaritas atau dasar nilai bersama. Dalam
kolektivitas, juga tidak ada kewajiban moral untuk menjalankan peran yang
diharapkan. Di samping itu, dalam kolektivitas tidak ada kesadaran untuk saling
berinteraksi.
Seandainya di tengah perjalanan anda tadi, tiba-tiba
sang sopir menghentikan kendaraan dan turun untuk suatu tujuan yang tidak
jelas, anda dan penumpang lain tentu merasa terganggu dan saling mengungkapkan
ketidaksukaanya kepada kelaukan sopir. Kelakuan sopir itu telah mempengaruhi
semua orang yang ada dalam kendaraan dan akhirnya mereka saling bercakap-cakap
mengenai masalah yang sedang mereka hadapi bersama, dan terjadilah interaksi
sosial.
Saat kesadaran adanya masalah itu muncul, maka
terjadi interaksi yang membentuk kelompok sosial. Oleh karena itu, kelompok
sosial dapat didefinisikan sebagia kumpulan orang yang memiliki kesadaran
ebrsama akan keanggotaanya dan saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola yang
mapan. Akan tetapi, kumpulan tidak harus diartikan sebagai kedekatan secara
fisik, sebab, ada juga kelompok, yang anggota-anggotanya tidak pernah bertemu
secara langsung. Mereka hanya berinteraksi melalui media komunikasi, misalnya,
telepon, bulletin, majalah dan email.
Dalam adanya naluri hidup berkelompok, manusia
membentuk masyarakat. Dalam lingkup yang sempit, masyarakat disebut kelompok
sosial Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang
hidup bersama. Di dalam kelompok sosial, setiap manusia yang menjadi anggotanya
mengadakan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Dalam kelompok
sosial, juga timbul kesadaran untuk saling menolong daintara para anggota
kelompk.
Hakikat Kelompok sosial Dalam Masyarakat Multikultural |
Tidak semua himpunan manusia dapat disebut sebagai
kelompok sosial. Menurut Soerjono Soekanto (1990), ada lima syarat agar suatu
kumpulan manusia dapat dianggap sebagai kelompok sosial. Kelima syarat itu,
adalah :
a. Adanya kesadaran bahwa setiap anggota merupakan
bagian dari kelompoknya
b. Adanya hubungan timbale bali diantara anggota
kelompok
c. Adanya faktor pengikat hubungan (misalnya nasib,
cita-cita, tujuan, kepentingan, atau musuh yang sama)
d. Adanya struktur, kaidah dan pola prilaku, seta,
e. Adanya sistem dan proses sosial.
Kesadaran setiap anggota kelompok bahwa dirinya
merupakan bagian dari kelompoknya menimbulkan rasa kebersamana. Rasa
kebersamaan (solidaritas) membuat seseorang setia dan loyal kepada kelompoknya.
Rasa kebersamaan juga menjadi dasar adanya hubungan timbale bali antaranggota
kelompok. Hubungan timbale balik dapat terjadi bila diantara anggota kelompok
memiliki tujuan, kepentingan, dan bahkan musuh yang sama. Faktor pengikat itu
mendorong individu-individu menyatu membentuk kelompok sosial, dan menciptakan
struktur, kaidah dan pola prilaku.
Demikianlah Hakikat Kelompok sosial Dalam Masyarakat
Multikultural. Semoga bermanfaat.
Baca juga artikel sebelumnya : Artikel Yang Membahas Tentang Pengertian Masyarakat Multikultural
Tidak ada komentar:
Posting Komentar