Kelompok sosial dapat terbentuk kapanpun dan
dimanapun. Setelah kelompok sosial terbentuk, bukan berarti menjadi statis pada
tahap berikutnya. Sebaliknya, setiap kelompok sosial akan selalu mengalami
dinamika atau perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan dapat terjadi pada
kegiatannya atau pada bentuk strukturnya. Perubahan tersebut dapat berupa
penambahan bagian-bagian baru dalam struktur kelompok menjadi lebih baik, dan
berupa pengrangan bagian-bagian tertentu demi efisiensi tugas kelompok.
Dinamika kelompok menurut Paul B. Horton (1991)
adalah interaksi yang terjadi dalam kelompok sosial. Dalm hal in, dinamika
kelompk dianggap sebagai cabang tersendiri dalam sosiologi yang secara khusus
mempelajari itneraksi yang terjadi daintara anggota-anggota kelompok kecil.
Melalui penelitian terhadap sebuah kelompok, hubungan antaranggota diamati dan
dicatat. Hasil pengamatan akan menunjukkan gabaran interaksi antarkelompok,
pola kepemimpinan, dan gambran umum mengenai pola perilaku kelompok tersebut.
Setiap kelompok memiliki struktur. Struktur kelompok
merupakan jaringan hubungan dan pola komunikasi diantara anggota-anggota
kelompok, dan membuat diagram (gambaran) hubungan sosial yang terjadi pada
suatu kelompok dierlukan suatu alat yang disebtu sosiogram. Bidang keahlian
khusu dalam sosiologi yang membicara hal ini disebut sosiometri.
Penerapan Sosiometri telah menghasilkan beberapa
penemuan penting sehubungan dengan dinamika kelompok. Dari pengukuran pola
hubungan dan tingkat interaksi
antaranggota kelompok diperoleh empat pola dengan ciri-ciri interaksi yang
terjadi, serta keunggulan dan kelemahannya. Keempat pola kelompok itu adalah
sebagai berikut:
1. Pola melingkar
Dalam pola ini, setiap orang memiliki kesempatan
yagn sama untuk berkomunikasi. Semua anggota berkedudukan sama, tidak adan yang
menjadi anggota. Pola ini memerikan kepuasan yang tinggi kepada setiap anggota
kelompok, namun kurang produktif dalam bekerja. Keuntungan lain dari pola
lingkaran adalah kemudahannya dalam menyesuaikan diri terhadap tugas-tugas
baru.
2. Pola Roda
Pola roda terdiri dari anggota-anggota yang
mengitari seorang peimpin Pemimipin ada di pusat lingkaran. Pemimpin berperan mengendalikan komunikasi
antaranggota sehingga efektif. Produktivitas
kelompok terbentuk roda sangat baik, namun kelemahannya adalah tidak
memberikan kepuasan yang memadahi kepada anggota.
3. Pola rantai
Pola ini menempatkan anggota-anggota dalam jalur
komunikasi satu arah. Akibatnya efektivitas pelaksaan tugas kelompok rendah.
4. Pola Y
Pola ini sama dengan pola rantai, yaitu menempatkan
anggota kelompok dengan jalur komunikasi satu arah.
Sementara itu, Soerjono Soekanto (1990)
mendefinisikan dinamika kelompok sosial sebagai perubahan yang terjadi dalam
kelompok, baik akibat pengaruh situasi, akibat konflik di dalam kelompok,
maupun akibat pengaruh dari luar. Ketiga sebab tersebut meungkinkan terjadinya
perubahan suatu kelompok sosial, baik semakin berkembang, statis, atau terpecah
dan bubar.
Dinamika kelompok sosial membedakan kelompok yang
stabil, dan ada pula kelompok yang cepat berubah. Kelompok yang dianggap stabil
adalah yang tidak mengalami perubahan struktur, walaupun terjadi pergantian
anggotan dan pengurus. Pengaruh apapun dari luar tidak membuat kelompok jenis
ini goyah kestabilannya, sedangkan kelompok yang tidak stabil mengalami
goncangan akbat ditinggalkan salah satu anggotanya yang sangat berpengaruh.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah salah satu contoh kelompok sosial yang
stabil. Walaupun terjadi pergantian pimpinan secara periodic, tidak menyebabkan
stukturnya goyah. Sebaliknya, beberapa partai di negar akita ada yang
kkeutuhannya tergantung kepada charisma ketua umum atau pendirinya. Sehingga,
pada saat pimpinannya bergati, maka keutuhan partai pun goyah.
Dinamika kelompok terjadi karena adanya
kekuatan-kekuatan yang berpengaruh terhadap kelompok itu. Kekuatan-kekuatan
tersebtu menentukan apa yang terjadi pada kelompok sosial. Ada kelompok sosial
yang tetap stabil walau dilanda pengaruh dari luar maupun dari dalam.
Sebaliknya ada pula kelompok yang cepat berubah walaupun tidak ada pengaruh
darimanapun. Semua ini menjadi bahan kajian dalam dinamika kelompok sosial.
Berikut ini dijelaskan kekuatan-kekuatan yang
berpengaruh terhadap kelompok sosial.
1. Pengaruh dari Dalam Kelompok (internal)
Kelompok sosial adalah kumpulan individu-individu
yang memiliki kesadaran berinteraksi. Setiap individu memiliki pikiran,
kehendak dan perasaan berbeda. Perbedaan pandangan dapat menyebabkan konflik antaranggota
kelompok. Bila para anggota mengalami polarisasi pendirian, maka terjadi
kutub-kutub yang berseberangan. Kelompok terpecah menjadi dua subkelompok yang
saling berkonflik karena perbedaan pendirian. Peristiwa seperti ini sering
dialami oleh partai-partai politik di Negara kita. Seja era multi partai di
Indonesia (1999 hingga sekarang) sering terjadi perpecahan partai dengan
munculnya pengurus-pengurus tandingan. Contoh, partai demokrasi Indonesia
terpecah menjadi PDI, dan PDI-P, Partai persatuan Pembangunan terpecah menjadi
PPP dan PBR, dan sebagainya.
Dinamika sebagai akibat faktor internal juga dapat
terjadi karena pergantian pengurus atau pimpinan. Kelompok-kelompok sosial yang
pengikatnya terletak pada figure tokoh tertentu, pada saat tokoh tesebut dianti
atau meninggal maka keutuhannya pecah. Sebaliknya, apabila tokoh pengganti
memiliki kelebihan tertentu sehingga mampu membuat perubahan yang positif, maka
dinamika kelompok bersifat positif.
Konflik internal antaranggota kelompok, antara anggota
dengan pengurs, maupun Karen pergantian pengurus menjadi sebab bagi proses
formasi dan reformasi kelompok. Proses formasi dapat diartikan sebagai
penyusunan atau pembentukan struktur bar, sedang proses reformasi berarti
menata kembali struktur yang sudah ada sebelumnya agar lbeih baik. Pada saat
ini Indonesia mengalami reformasi di berbagai bidang. Pada tingkat pusat
terjadi salah satunya, yaitu reformasi sistem pemerintahan dan amandemen
terhadap Undang-undang Dasar 1945. Amandemen UUD berarti menata kembali
berbagai aspek mendasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Beberapa perubahan
yang mendasar, antara lain pemilihan presiden dan kepala daerah secara langsung
oleh rakyat, dan sistem pemerintahan multipartai seperti sekarang ini.
2. Pengaruh dari Luar Kelompok (Eksternal)
Tidak ada satu kelompok sosial pun yang terbebas
dari pengaruh kelompok lain. Ini berarti terjadi hubunan dengan kelompok lain.
Hubungan itu menimbulkan pengaruh terhadap masing-masing kelompok. Pengaruh
yang terjadi bersifat dua arah (saling memengaruhi).
Hubungan antarkelompok dapat bersifat asosiatif atau
justru disasosiatif. Hubungan yang saling mendkung atau bekerja sama akan
menimbulkan semakin kokohnya struktur dan keutuhan kelompok, sedangkan konflik
dengan kelompok lain dapat menyebabkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama
akan terjadi kehancuran, dan kemungkinan kedua justru akan membuat semakin
kokoh.
Konflik antarkelompok dapat berupa persaingan untuk
meperoleh sumber ekonomi (mata pencaharian, barang modal, dll), atau pemaksaan
unsure-unsur kebudayaan. Di samping itu, dapat juga terjadi pemaksaan agama,
dorminasi politik dan dominasi ekonomi. Konflik dua kelompok sosial yang paling
parah adalah perang. Kerusuhan di berbagai daerah DI Indonesia (Poso, Ambon,
Papua, Aceh) merupakan konflik sosial yang melibatkan beberapa kelompok
masyarakat. SEDANGKAN perang antar Amerika dengan irak (2005) atau antara isral
dengan Lebanon (2006) adalah konflik antarnegara yang melibtkan faktor agama,
ideologi, politik dan kepentingan ekonomi.
Apabila dua kelompok saling bertentangan maka
terjadi proses sebagai berikut:
a. Apabila dua kelompok besaing maka akan timbul
sterteotip
Stereotip adalah prasangka penilaian buruk kelompok
lain. Penilaian itu tidak didasarkan atas kenyataan yang sebenarnya. Prasangka
biasanya bersifat tidak objektif, dan menganggap setiap anggota kelompok lain
memiliki sifat sama (generalisasi).
Sebagai contoh, kelompok pedagang kaki lima terlibat
konflik dengan petugas ketertiban kota. Kelompok pedagan menganggap pemerintah
kota yang diwakili oleh para petugas ketertiban sebagai kelompok orang yang
hanya mau menang sedniri, tidak memihak kepada rakyat kecil. Anggapan itu
ditujukan kepada semua petugas ketertiban, walaupun diantara para petugas itu
ada orang-orang yang sehari-harinya baik hati dan penuh pengetian kepada
kesulitan pedagan kaki lima.
Artikel Tentang Dinamika Kelompok Sosial |
Pihak pemerintah yang diwakili para petugags
ketertiban juga muncul stereotip terhadap kelompok pedagan kaki lima, stereotip
itu berupa anggapan terhadap kelompok pedagang kaki lima sebagai orang-orang
yang mengindahkan aturan yang dibuat pemerintah.
b. Walaupun kedua kelompok yang bertentangan
mengadakan kontak, sikap bermusuhan mereka tidak berkurang
Kontak adalah bentuk hubungan yang dangkal. Dalam
kontak belum terjadi pertukaran informasi mengenai maksud dan tujuan
masing-masing kelompok yang berseberangan. Oleh karena itu, kontak belum bisa
mengurangi ketegangan yang telah terjadi. Dalam kasus yang dicontohkan di atas,
kedatangan wakil pemerintah untuk membacakan keputusan pemerintah sebagai dasar
penggusuran tiak akan mengurangi ketegangan mereka. Bahkan, kelompok pedagang
kaki lima memusuhi petugas atau menghalang-halangi proses penggusuran.
c. Apabila kedua kelompok saling bekerja sama untuk
satu tujuan tertentu, maka pertentangan mereka ternetralisir
Sikap bekerja sama dalam kasus ini dapat diawali
perundingan antara kedua kelompok secara adil, terbuka, dan saling mengerti.
Pemerintah harus menunjukkan alasan-alasan yang dapat diterima kelompok
pedagang kaki lima perlunya menata kembali lokasi yang mereka tempati.
Penggusuran itu jangan sampai merugikan usaha pedagan kaki lima. Hal-hal yang
berhubungan dengan besarnya uang pengganti kerugian, dan penempatan pada lokasi
baru yang memadahi harus dibicarakan bersama secara terbuka dan adil.
Apabila proses seperti itu dilakukan, barulah
ketegangan dapat dikendorkan dan akhirnya menjadi netral (tidak bermusuhan).
Kerja sama antarkelompok membuat terjadinya sikap saling pengertian, saling
membutuhkan dan saling menghargai. Oleh karena itu, sikap bermusuhan harus
ditinggalkan dan digantikan oleh semangat kerja sama.
d. Apabila kdeua kelompok saling bekerja sama,
timbullah saling pengertian dan pemahaman terhadap piihak lain
Hal seperti ini dapat menghilankan prasangka yang
telah timbul sebelumnya. Pertentangan dua kelompok sosial dapat saja dialami
oleh kelompok mayoritas dan minoritas, apabila hal ini terjadi maka kelompok
minoritas berekreasi dalam bentuk menerima, agresif, menghindari atau
asimilasi. Sikap menerima terjadi, apabila kelompok minoritas merasa tidak
berdaya menghadapi tekanan kelompok mayoritas.
Sikap menghindari konflik juga sering mewarnai
hubungan kelopok mayoritas dan minoritas. Apabila merasa tidak mungkin
mengalahkan dominasi kelompok besar, maka banyak kelompok kecil yang dengan
sengaja dan terencana menghindari konflik dengan kelompok besar. Selain itu,
dapat pula terjadi asimilasi. Dalam asimilasi, kelompok kecil menerima
unsure-unsur kebudayaan kelompok besar, walaupun pada mulanya terasa asing dan
tidak suka, namun sedikit demi sedikit mengikuti kemauan kelompok mayoritas.
Salah satu wujud dinamika kelompok sosial adalah
perilaku kolektif. Perilaku kolektif adalah cara berpikir, merasa atau tindakan
orang-orang yang berada dalam suatu kerumunan atau kelompok tak terorganisasi
lainnya.
Pada umumnya, perilaku kolektif berasal dari
dorongan perasaan (hati), tidak direncanakan, dan berlangsung singkat. Perilaku
seperi ini sering bangkit dalam situasi yang menyulut emosi banyak orang.
Situasi tesebut dapat berupa pertandingan olahrga, unjuk rasa, dan terjadinya
bencana, sedangkan perilaku kelompok sosial terorganisasi bersifat dapat
diduga, terencana, dan jangka panjang.
Demikianlah Artikel Tentang Dinamika Kelompok
Sosial. Semoga bermanfaat.
Baca juga artikel sebelumnya : Artikel Tentang Proses Terbentuknya Kelompok Sosial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar