https://shope.ee/6Kb2s7Y65L

Artikel Tentang Kromosom, Meiosis, dan Pewarisan sifat Dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel

Artikel Tentang Kromosom, Meiosis, dan Pewarisan sifat Dan  Penyimpangan Semu Hukum Mendel – Hai sahabat, artikel kali ini kita akan membahas tentang Kromosom, Meiosis, dan Pewarisan sifat. Yuk, langsung dibahas :

Artikel Tentang Kromosom, Meiosis, dan Pewarisan sifat Dan  Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Artikel Tentang Kromosom, Meiosis, dan Pewarisan sifat Dan  Penyimpangan Semu Hukum Mendel 


- Kromosom, Meiosis, dan pewarisan Sifat

Pada tahun 1902, seorang sarja Amerika , Walter Sutton dan seorang ahli biologi jerman, Theodor Boveri secara tepisah menemukan hubungan antara pembelahan meiosis dan pola pewarisan sifat mendel. Mereka mengamati bahwa kromosom pada pembelahan meiosis memiliki perilaku yang mirip dengan perilaku gen-gen yang dijelaskan Mendel.

Sutton meneliti sel testis belalang dan menemukan bahwa kromosom berpisah selama meiosis. Mulalui pengamatan yang hati-hati, Sutton dan Boveri mengajukan teori kromosom pewarisan sifat. Berdasarkan teori ini kromosom membawa unit hereditas (gen) Mendel. Unit Hereditas ini memisah dan tersusun kembali dalam meiosis dan fertilisasi.

Saatpembentukan gamet, dua pasang kromosom homolog dapat tersusun dalam dua cara yang berbeda saat metafase.

Cara pertama menghasilkan gamet dengan susunan kromosom mirip induk P1., menghasilkan gamet dengan kombinasi gen YR dan yr. Cara kedua menghasilkan gamet rekombiasi (kombinasi baru) dengan kombinasi yR dan Yr . Hasil kerja Sutton dan bovert ini memperlihatkan hubungan antara gen, kromosom, meiosis, dan pewarisan sifat yang dikemukakan Mendel.

3. Penyimpangan Semu Hukum mendel

Meskipun hukum Mendel merupakan dasar dari pewarisan sifat penelitian lebih lanjut menemukan bahwa banyak gen yang tidak sesuai hukum Mendel. Jika perbandingan dengan fenotipe F2 hasil persilangan monohybrid dan dihibrid berdasarkan hukum Mendel adalah 3:1 dan 9:3:3:1, penelitian lain menghasilkan perbandingan F2 yang berbeda. Misalnya, 9:3:4, 12:3:1 dan 9:7.

Penelitian lebih lanjut mengunkapkan bahwa hal tesebut disebabkan  oleh adanya interaksi antargen. Interaksi tersebut menghasilkan perbandingan fenotipe yang menyimpang dari huku Mendel. Interaksi antargen yang menyebabkan penyimpangan semu hukum Mendel dapat berupa epistasihipostasis, polimeri, kriptomeri dan adanya gen komplementer.

a. Epistasis dan Hipostasis

Fenomena ini diungkapkan kali pertama oleh William Bateson dan R.C Punnet. Mereka mengawinkan berbagai macam ayam dengan memerhatikan bentuk jengger. Persilangan antara ayam berjengger tiper rose (mawar) dengan tipe pea (ercis) menghasilkan 100% ayam berjengger warlnut.
Semula munculnya ayam berjengger walnut diduga merupakan sifat intermedier (sifat antara) yang muncul jika gennya heterozigot. Akan tetapi, jika f1 berjengger warnut tersebut dikawinkan sesamanya, dihasilakn empat fenotipe dengan perbandingan 9:3:3:1. Selain fenotipe jengger ayam rose, pea, dan walnut muncul sat sifat baru lain, yakni single (tunggal).

b. Polimeri

Nelson Ehle membuktikan Polimeri ketika menyilangkan gandum kulit merah dengan kulit putih. Generasi f1 hasil perbandingan tersebut menghasilkan 100% gandum kulit merah. Persilangan f1 menghasikan genrasi f2, dengan perbandingan kulit emrah dan putih sebesar 15:1 dari perbandingan tersebut dapat diduga bawa persilangan yang dilakukan merupakan persilangan dihibrid.

Artikel Tentang Kromosom, Meiosis, dan Pewarisan sifat Dan  Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Artikel Tentang Kromosom, Meiosis, dan Pewarisan sifat Dan  Penyimpangan Semu Hukum Mendel 


c. Kriptomeri

Kriptomeri kali pertama diungkapka oleh Corens pada saat menyilangkan bunga linaria marrocana galur murni warna merah dan putih. Generasi f1 hasil persilangan didapatkan semua bunga berwarna ungu. Kemudian bunga tersebut disiangkan dengan sesamanya, menghasilkan generasi f2. Hasilnya, didapatkan fenotipe bunga ungu, merah dan putih dengan perbandinagan 9:3:4. DARI HASIL tersebut diduga kuat bahwa persilangan trsebut merupakan persilangan dihibrida.

d. Komplementer

Fenomena gen komplementer kali pertama diamati oleh W. Bateson dan R.C Punnet saat emngamati persilangan bunga Lathyrus odoratus. Komplementer merupakan interaksi gen yang saling melengkapi. Jika salah satu gen tidak muncul, sifat yang dimaksud juga tidak muncul atau tidak sempurna.

Demikianlah Artikel Tentang Kromosom, Meiosis, dan Pewarisan sifat Dan  Penyimpangan Semu Hukum Mendel. Semoga bermanfaat.

Baca juga artikel sebelumnya : Artikel Tentang Penjelasan Dari Pola Pewarisan Sifat Pada Makhluk hidup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Juga

  • 4 Pilihan Dalam Berkehidupan - 4 pilihan dalam berkehidupan :Ada 4 Pilihan dalam berkehidupan, kamu bisa pilih salah satunya, atau lebih dari itu :1. Dengan kedudukan Jadilah yang paling...
    6 bulan yang lalu

Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam)

Artikel Tentang Hasil Budaya Manusia Purba Dalam Sejarah (Zaman Batu dan Zaman Logam) – Hai sahabat, kali ini kita akan membahas tentang A...